Senin, 21 Maret 2011

manusia dan keindahan yang diciptakan alam

Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (QS. Ath Thalaaq, 65: 3)

Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah. (QS. Al Mulk, 67: 3-4)

... Jika sebuah bentuk yang sesuai atau sangat seimbang didapatkan melalui unsur penerapan atau fungsi, maka kita dapat mencari fungsi Angka Emas padanya... Angka Emas bukanlah hasil dari imajinasi matematis, akan tetapi merupakan kaidah alam yang terkait dengan hukum keseimbangan. (1)

Apa yang sama-sama dimiliki oleh piramida di Mesir, lukisan Mona Lisa karya Leonardo da Vinci, bunga matahari, bekicot, buah cemara dan jari-jemari Anda?

Jawaban atas pertanyaan ini tersembunyi pada sebuah deret angka yang ditemukan oleh matematikawan Italia, Fibonacci. Sifat angka-angka ini, yang dikenal sebagai angka-angka Fibonacci, adalah bahwa masing-masing angka dalam deret tersebut merupakan hasil penjumlahan dari dua angka sebelumnya. (2)


L. Pisano Fibonacci

Angka Fibonacci

0, 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55, 89, 144, 233, 377, 610, 987, 1597, 2584, …

Angka Fibonacci memiliki satu sifat menarik. Jika Anda membagi satu angka dalam deret tersebut dengan angka sebelumnya, akan Anda dapatkan sebuah angka hasil pembagian yang besarnya sangat mendekati satu sama lain. Nyatanya, angka ini bernilai tetap setelah angka ke-13 dalam deret tersebut. Angka ini dikenal sebagai "golden ratio" atau "rasio emas".

GOLDEN RATIO (RASIO EMAS) = 1,618

233 / 144 = 1,618

377 / 233 = 1,618

610 / 377 = 1,618

987 / 610 = 1,618

1597 / 987 = 1,618

2584 / 1597 = 1,618


TUBUH MANUSIA DAN RASIO EMAS

Ketika melakukan penelitian atau memulai merancang produk, para seniman, ilmuwan dan perancang mengambil tubuh manusia, yang perbandingan ukurannya ditetapkan berdasarkan rasio emas, sebagai acuan ukuran yang mereka gunakan. Leonardo da Vinci dan Le Corbusier menggunakan tubuh manusia, yang ukurannya ditetapkan menurut rasio emas, sebagai patokan ukuran ketika membuat rancangan karya mereka. Tubuh manusia dijadikan pula sebagai patokan dalam the Neufert, salah satu buku rujukan terpenting arsitektur abad modern.


Leonardo da Vinci menggunakan rasio emas dalam merancang perbandingan ukuran tubuh manusia.

RASIO EMAS PADA TUBUH MANUSIA

Hubungan kesesuaian "ideal" yang dikemukakan ada pada berbagai bagian tubuh manusia rata-rata dan yang mendekati nilai rasio emas dapat dijelaskan dalam sebuah bagan umum sebagaimana berikut: (3)

Nilai perbandingan M/m pada diagram berikut selalu setara dengan rasio emas. M/m = 1,618

Contoh pertama dari rasio emas pada tubuh manusia rata-rata adalah jika antara pusar dan telapak kaki dianggap berjarak 1 unit, maka tinggi seorang manusia setara dengan 1,618 unit. Beberapa rasio emas lain pada tubuh manusia rata-rata adalah:

Jarak antara ujung jari dan siku / jarak antara pergelangan tangan dan siku,
Jarak antara garis bahu dan unjung atas kepala / panjang kepala,
Jarak antara pusar dan ujung atas kepala / jarak antara garis bahu dan ujung atas kepala,
Jarak antara pusar dan lutut / jarak antara lutut dan telapak kaki.

Tangan Manusia

Angkatlah tangan Anda dari mouse komputer dan lihatlah bentuk jari telunjuk Anda. Dalam segala kemungkinan akan Anda saksikan rasio emas padanya.

Jari-jemari kita memiliki tiga ruas. Perbandingan ukuran panjang dari dua ruas pertama terhadap ukuran panjang keseluruhan jari tersebut menghasilkan angka rasio emas (kecuali ibu jari). Anda juga dapat melihat bahwa perbandingan ukuran panjang jari tengah terhadap jari kelingking merupakan rasio emas pula. (4)

Anda memiliki dua (2) tangan, dan jari-jemari yang ada padanya terdiri dari tiga (3) ruas. Terdapat lima (5) jari pada setiap tangan, dan hanya delapan (8) dari keseluruhan sepuluh jari ini tersambung menurut rasio emas: 2, 3, 5, dan 8 bersesuaian dengan angka-angka pada deret Fibonacci.

Rasio Emas pada Wajah Manusia

Terdapat beberapa rasio emas pada wajah manusia. Akan tetapi Anda tidak dianjurkan mengambil penggaris dan berusaha mengukur wajah-wajah orang, sebab hal ini merujuk pada "wajah manusia ideal" yang ditetapkan oleh para ilmuwan dan seniman.

Misalnya, jumlah lebar dua gigi depan pada rahang atas dibagi dengan tingginya menghasilkan rasio emas. Lebar gigi pertama dari tengah dibandingkan gigi kedua juga menghasilkan rasio emas. Semua ini adalah perbandingan ukuran ideal yang mungkin dipertimbangkan oleh seorang dokter. Sejumlah rasio emas lain pada wajah manusia adalah:

Panjang wajah / lebar wajah,
Jarak antara bibir dan titik di mana kedua alis mata bertemu / panjang hidung,
Panjang wajah / jarak antara ujung rahang dan titik di mana kedua alis mata bertemu,
Panjang mulut / lebar hidung,
Lebar hidung / jarak antara kedua lubang hidung,
Jarak antara kedua pupil / jarak antara kedua alis mata.

Rasio Emas pada Paru-Paru

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan antara tahun 1985 dan 1987 (5), fisikawan Amerika B. J. West dan Dr. A. L. Goldberger menemukan keberadaan rasio emas pada struktur paru-paru. Salah satu ciri jaringan bronkia yang menyusun paru-paru adalah susunannya yang asimetris. Misalnya, pipa saluran udara yang bercabang membentuk dua bronkia utama, satu panjang (bronkia kiri) dan yang kedua pendek (bronkia kanan). Percabangan asimetris ini terus berlanjut ke percabangan-percabangan bronkia selanjutnya. (6)Telah dipastikan bahwa pada seluruh percabangan ini perbandingan antara bronkia pendek terhadap bronkia panjang selalu bernilai 1/1,618.

PERSEGI PANJANG EMAS DAN RANCANGAN PADA SPIRAL

Sebuah persegi panjang yang perbandingan panjang sisi-sisinya sama dengan rasio emas dikenal sebagai "persegi panjang emas." Sebuah persegi panjang yang panjang dan lebarnya masing-masing berukuran 1,618 dan 1 satuan panjang adalah persegi panjang emas. Mari kita letakkan sebuah bujur sangkar di sepanjang sisi lebar dari persegi panjang ini dan menggambar seperempat lingkaran yang menghubungkan dua sudut dari bujur sangkar ini. Kemudian, kita gambar satu bujur sangkar lagi dan seperempat lingkaran pada sisi yang selebihnya dan melakukan hal demikian pada seluruh persegi panjang yang ada pada persegi panjang utama. Jika Anda melakukan hal ini, pada akhirnya Anda akan mendapatkan sebuah spiral.

. (7)

Spiral yang didasarkan pada rasio emas memiliki rancangan paling tak tertandingi yang dapat Anda temukan di alam. Sejumlah contoh pertama yang dapat kita berikan adalah susunan spiral pada bunga matahari dan buah cemara. Ada lagi contoh yang merupakan penciptaan tanpa cela oleh Allah Yang Mahakuasa dan bagaimana Dia menciptakan segala sesuatu dengan ukuran: proses pertumbuhan banyak makhluk hidup berlangsung pula dalam bentuk spiral logaritmik. Bentuk-bentuk lengkung spiral ini senantiasa sama dan bentuk dasarnya tidak pernah berubah berapapun ukurannya. Tidak ada bentuk mana pun dalam matematika yang memiliki sifat ini. (8)

Rancangan pada Kerang Laut


Rancangan tanpa cela pada cangkang nautilus memiliki bentuk yang mengikuti rumus rasio emas.

Saat meneliti cangkang makhluk hidup yang digolongkan sebagai hewan bertubuh lunak atau moluska, yang hidup di dasar laut, bentuk dan struktur permukaan bagian dalam dan luar dari cangkangnya menarik perhatian para ilmuwan:

Permukaan bagian dalamnya halus licin, sedangkan di bagian luarnya bergalur. Tubuh moluska berada di dalam cangkang, oleh karena itu permukaan bagian dalamnya haruslah halus licin. Garis pinggiran luar dari cangkang menambah kekokohan cangkang, sehingga meningkatkan kekuatannya. Bentuk-bentuk cangkang membuat orang kagum karena kesempurnaan dan sifat menguntungkan yang dihasilkan proses penciptaannya. Gagasan spiral pada cangkang terwujudkan dalam bentuk geometris sempurna, dalam bentuk rancangan yang sungguh elok dan "tajam".(9)

Cangkang-cangkang kebanyakan moluska tumbuh mengikuti bentuk spiral logaritmik. Sungguh tidak ada keraguan bahwa hewan-hewan ini tidak memahami perhitungan matematis paling sederhana sekalipun, apalagi bentuk spiral logaritmik. Jadi bagaimana makhluk-makhluk tersebut dapat mengetahui hal itu sebagai yang terbaik baginya untuk tumbuh? Bagaimana binatang-binatang ini, yang oleh sejumlah ilmuwan digambarkan sebagai makhluk "primitif," tahu bahwa spiral logaritmik adalah bentuk terbaik bagi mereka? Mustahil pertumbuhan semacam ini terjadi tanpa adanya suatu pengetahuan atau kecerdasan. Pengetahuan tersebut ada tapi bukan pada moluska ataupun di alam itu sendiri, meskipun sejumlah ilmuwan menyatakan hal demikian. Sama sekali tidaklah masuk akal untuk berusaha menjelaskan hal tersebut sebagai suatu ketidaksengajaan. Rancangan ini hanya dapat dihasilkan oleh suatu kecerdasan dan pengetahuan mahatinggi, yang merupakan milik Allah Yang Mahakuasa, Pencipta segala sesuatu:

"Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) ?" (QS. Al An'aam, 6: 80)

Pertumbuhan mengikuti pola semacam ini digambarkan sebagai "gnomic growth" (pertumbuhan gnomis) oleh ilmuwan biologi Sir D'Arcy Thompson, seorang pakar dalam bidang tersebut, yang menyatakan bahwa mustahil membayangkan adanya sistem lain yang lebih sederhana, selama pertumbuhan cangkang kerang laut, daripada sistem yang didasarkan pada pelebaran dan pemanjangan yang terbentuk mengikuti perbandingan yang sama dan tidak berubah. Ia menjelaskan, cangkang tersebut terus-menerus tumbuh, akan tetapi bentuknya tetap sama. (10)

Seseorang dapat menyaksikan salah satu contoh paling bagus dari pertumbuhan semacam ini pada seekor nautilus, yang garis tengahnya hanya beberapa sentimeter. C. Morrison menjelaskan proses pertumbuhan ini, yang sangat sulit untuk dirancang sekalipun dibantu dengan kecerdasan manusia, dengan menyatakan bahwa di sepanjang cangkang nautilus, spiral yang ada di bagian dalam memanjang dan tersusun atas sejumlah bilik yang disekat oleh dinding-dinding yang terbuat dari karang mutiara. Ketika hewan ini tumbuh, ia membentuk satu bilik lagi di mulut cangkang spiral yang berukuran lebih besar daripada bilik sebelumnya, dan bergerak maju memasuki tempat yang lebih besar ini dengan menutup pintu di belakangnya menggunakan selembar sekat karang mutiara. (11)

Nama ilmiah dari sejumlah hewan laut lain yang memiliki spiral logaritmik dengan rasio pertumbuhan yang berbeda-beda pada cangkang mereka adalah:

Haliotis parvus, Dolium perdix, Murex, Fusus antiquus, Scalari pretiosa, Solarium trochleare.

Ammonite, binatang laut punah yang kini ditemukan hanya dalam bentuk fosil, juga memiliki cangkang yang tumbuh mengikuti bentuk spiral logaritmik.

Pertumbuhan mengikuti bentuk spiral pada dunia hewan tidak terbatas pada cangkang-cangkang moluska. Binatang-binatang seperti antelop, kambing dan biri-biri menyelesaikan perkembangan tanduk mereka dalam bentuk spiral yang berdasarkan rasio emas. (12)

Rasio Emas pada Organ Pendengaran dan Keseimbangan.

Koklea pada telinga bagian dalam manusia berperan menghantarkan getaran suara. Struktur bertulang ini, yang berisi cairan, memiliki bentuk spiral logaritmik dengan sudut tetap =73°43´ yang memiliki rasio emas.

Gading dan Gigi yang Tumbuh Mengikuti Bentuk Spiral

Contoh-contoh lengkungan yang berdasarkan pada spiral logaritmik dapat disaksikan pada gading gajah dan mammoth (sebangsa gajah purba yang besar dan berambut) yang kini telah punah, cakar singa, dan paruh burung beo. Laba-laba eperia senantiasa merajut jaringnya dengan bentuk spiral logaritmik. Di kalangan mikroorganisme yang dikenal sebagai plankton, tubuh hewan globigerinae,planorbis, vortex, terebra, turitellae dan trochida semuanya membentuk spiral



opini :

keindahan terkait dengan manusia , dan angka termasuk keindahan itu sendiriPakar keindahan asal Inggris William Charlton menjelaskan bagaimana orang-orang menyukai bentuk spiral dan telah menggunakannya selama ribuan tahun. Ia menyatakan bahwa kita menyukai bentuk spiral karena penglihatan kita dapat dengan mudah melihat keindahan yang agkda pda bentuk spiral trsebut . begitu juga susunan angka fibonanci

Minggu, 20 Maret 2011

KEINDAHAN YANG ADA DIDALAM DIRI MANUSIA

Keindahan ciptaan tulang dan rangka manusia yang tidak dapat di tiru


1.Penjelasan Keistimewaan Tulang
Ada beberapa jenis sambungan yang berbeda antartulang kita. Jika beberapa sambungan memungkinkan tulang untuk bergerak muka belakang, lainnya memungkinkan kita bergerak ke samping. Sekarang mari kita teliti sambungan-sambungan dan tulang ini lebih dekat lagi.

Tulang-tulang kita melakukan tugas membawa dan melindungi tubuh kita. Pastilah, tulang itu telah diciptakan cukup kuat dan mampu melakukan tugas-tugas sulit ini.


Tulang-tulang kita ringan karena struktur bagian dalamnya berlubang seperti sarang madu. Akan tetapi, meskipun tulang itu sangat ringan karena bentuk berlubangnya ini, tulang juga sangat keras. Namun ini tidak berarti bahwa tulang tidak bisa patah. Sebaliknya, tulang begitu keras sehingga jika kalian mengambil sejumlah tulang dan baja, tulang lima kali lebih kuat daripada baja. Otot paha di kaki kalian, misalnya, memiliki banyak kemampuan seperti itu sehingga bisa mengangkat satu ton beban ketika berdiri tegak. Ketika kalian melompat atau berjingkrak dari satu tempat ke tempat lain, tulang ini akan berada dalam suatu bobot yang sama dengan 3-4 kali berat badan kalian. Akan tetapi, kalian tidak mengalami kerusakan apa pun berkat kekuatan tulang kalian.

Apa yang menyebabkan tulang begitu kuat?
Sebenarnya, jawaban atas pertanyaan ini tersembunyi dalam penciptaan tulang yang tidak ada taranya, yang telah kita terangkan secara singkat di atas. Tulang terbuat dari jaringan berlubang/berpori seperti sarang lebah madu. Berkat bentuk ini, tulang sangat keras dan sekaligus cukup ringan untuk digunakan dengan mudah. Jika berbentuk sebaliknya, yakni jika bagian dalam tulang itu kaku dan tidak ada ruang apa pun seperti bagian luarnya, tulang akan menjadi terlalu berat. Selanjutnya, karena tulang sama sekali tidak lentur, tulang kalian bisa patah atau retak hanya karena benturan yang terkecil sekalipun, katakanlah ketika tangan sedikit terbentur pada ujung lemari. Akan tetapi, Allah Maha Penyayang dan Dia telah menciptakan tulang kita sehingga bisa memberi kemudahan dan perlindungan tubuh.

Bahan pembuat tulang telah membuat para ilmuwan sangat tertarik dan mereka telah mencoba meniru jaringan tulang selama bertahun-tahun. Jaringan ini, yang sangat kuat, meskipun juga sangat ringan, dan yang terpenting mampu memperbaiki dirinya sendiri, bisa tumbuh sendiri. Sebab panjang tubuh kalian saat ini tidak sama dengan panjang tubuh kalian 4-5 tahun yang lalu dan perbedaan tinggi kalian dengan sekarang ketika berumur 19-20 tahun adalah pertumbuhan tulang kalian. Yang menakjubkan, pertumbuhan itu sangat seimbang. Tangan kalian tumbuh ketika kaki kalian tumbuh. Jari-jari tangan dan kaki tumbuh secara selaras dan pertumbuhan setiap tulang berhenti pada saat yang tepat. Bahkan, ini tidak tidak hanya terjadi dalam tubuh kalian, melainkan juga pada tubuh setiap orang yang sehat. Setiap tubuh memiliki tulang yang mempunyai sifat ini.

Para ilmuwan melakukan penelitian untuk menghasilkan zat yang mirip dengan zat yang membentuk tulang dalam tubuh manusia. Namun, tak seorang pun mampu mengembangkan zat dengan sifat yang demikian canggih seperti yang dimiliki tulang.
Berkat sifat pengasih Allah, tulang kita memungkinkan kita untuk menjalani hidup dengan mudah dan melakukan berbagai gerakan tanpa kesulitan dan tanpa menyebabkan rasa sakit.



OPINI :
Keindahan itu banyak sekali contohnhya . Dan keindahan itu sendiri ternyata terletak pada dalam diri manusia,alangkah beruntungnya kita memiliki keindahan yang sebenarnya tidak dapat kita lihat melalui kasat mata . karna keindahan itu sendiri ada dalam tulang kita . Tulang , yang jarang sekali memerhatikan bentuk , ternyata punya keindahan struktur apabila diamati dengan mikroskop .
MANUSIA DAN PENDERITAAN (tulisan 2)
Sumiati, TKW yg disiksa di Arab
Ternyata, perbudakan merupakan narasi pilu yang bergema abadi di sepanjang sejarah umat manusia. Munculnya Universal Declaration of Human Right di Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 1948 tak serta-merta meniadakan perbudakan. Di berbagai penjuru Planet Bumi terus menyeruak problema perbudakan. Abad 21 pun merupakan sebuah kurun waktu yang tak sepenuhnya terbebaskan dari belenggu perbudakan. Bahkan, perbudakan pada abad 21 inherent ke dalam proses-proses ekonomi serta berada di tengah pusaran pasar kerja. Jika pada abad-abad yang lalu seseorang ditangkap menjadi budak, pada abad 21 kini perbudakan bermula dari pasar kerja. Kompetisi memperebutkan pasar kerja merupakan jalan menuju terciptanya perbudakan.
Kenyataan ini mengingatkan kita pada pandangan filosofis GWF Hegel (1770-1831), bahwa sejarah merupakan perjuangan abadi meneguhkan kebebasan. Di sepanjang perjalanan sejarah, manusia berjuang meraih kebebasan. Format atau bentuk perbudakan mungkin saja berubah. Tetapi, hakikat dan makna perbudakan justru membentang panjang dalam sejarah umat manusia. Cita-cita mewujudkan kehidupan yang manusiawi pun terus bergema abadi tanpa titik akhir. Sejarah lalu tak pernah kehabisan agenda menyuarakan pembebasan hakiki manusia dari belenggu perbudakan. Sejarah bahkan dengan mudahnya berubah menjadi mantra pembebasan manusia dari perbudakan. Dan karena itu pula sejarah merupakan hakim agung yang tampil ke depan memberikan penilaian terhadap martabat tidaknya kehidupan umat manusia.
Kisah sedih dan penderitaan Sumiati binti Salan Mustafa (23) merupakan contoh kongkret kecamuk perbudakan pada abad 21. Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Dompu, Bima, Nusantara Tenggara Barat, itu sejak 18 Juli 2010 bekerja sebagai pembantu rumah tangga pada keluarga Khaled Salem M. al-Khamimisering di Madinah, Arab Saudi. Ia hadir sebagai TKW di keluarga tersebut melalui perusahaan penyalur tenaga kerja yang berkedudukan di Jakarta. Tragisnya, Sumiati yang tak mampu berbahasa Arab dan Inggris mengalami siksaan fisik. Di sekujur tubuh Sumiati terdapat bekas luka sangat parah. Bahkan terdapat bekas guntingan di mulut Sumiati. Media micro-blog [facebook dan twitter] lantas heboh oleh terkuaknya berita penyiksaan Sumiati.
Apa yang bisa dimengerti dari cerita pilu Sumiati adalah perbudakan pada abad 21. Suprastruktur pencetus perbudakan sepenuhnya faktor ekonomi. Sehingga tak berlebihan jika dikatakan, duka pilu Sumiati merupakan akibat logis dari bekerjanya sistem ekonomi perbudakan. Sementara berbagai aspek pendukung terciptanya sistem ekonomi perbudakan tak dirasakan sebagai elemen vital pembentuk sistem perbudakan. Dengan kata lain, sistem ekonomi perbudakan telah sedemikian rupa membentuk mind set, sehingga tak dirasakan sebagai penistaan terhadap kemanusiaan. Tindakan keji keluarga majikan lalu menemukan momentumnya oleh bekerjanya sistem ekonomi perbudakan.
Bagaimana sistem ekonomi perbudakan bekerja, dapat disimak dari paparan berikut. Pertama, perusahaan penyalur tenaga kerja mengetahui dengan jelas, bahwa Sumiati tak mampu berbahasa Inggris dan Arab. Penempatan Sumiati sebagai pekerja migran di Madinah menjadi suatu bentuk pemaksaan terhadap fakta kegagapan berkomunikasi pada seorang pekerja migran internasional. Ini bukanlah problema aksidental, tetapi sebuah tindakan yang inherent dengan sistem ekonomi perbudakan. Jika perusahaan penyalur tenaga kerja memiliki kesadaran utuh berkenaan dengan bahaya besar kemanusiaan akibat bekerjanya sistem ekonomi perbudakan, maka niscaya untuk tak menjadikan Sumiati pekerja migran internasional. Perusahaan penyalur tenaga kerja abai terhadap problema bahasa sebagai pencetus terjadinya kesalahpahaman dalam totalitas relasi buruh-majikan.
Kedua, Sumiati merupakan sosok anak bangsa yang ternista ketidaksempurnaan pasar kerja. Berlatar belakang keluarga miskin, ia mendamba hidup lebih baik melalui pelaksanaan peran sebagai pekerja migran. Tapi, keterbatasan kemampuan memperhadapkan dirinya pada opsi kerja sebagai pembantu rumah tangga. Seandainya pasar kerja bersih dari patologi ekonomi perbudakan, maka seorang anak bangsa seperti Sumiati diberdayakan terlebih dahulu. Kita menyaksikan di sini, perusahaan penyalur tenaga kerja hanya fokus pada perolehan keuntungan dari fungsi agensi pengiriman tenaga kerja ke mancanegara. Tidak penting seorang seperti Sumiati memiliki kelemahan dalam hal penguasaan bahasa asing, sebab yang dipandang penting hanyalah keuntungan dari besarnya permintaan lapangan kerja oleh para pencari kerja di negeri ini.
Ketiga, ekonomi perbudakan menguat sebagai konsekuensi logis kegagalan negara menegakkan kedaulatan rakyat. Hingga kini, para penyelenggara negara berada pada titik pertaruhan, justru karena gagal mewujudkan kedaulatan rakyat. Tatkala kasus Sumiati menyeruak ke permukaan, berbagai elemen negara yang berkaitan erat dengan pekerja migran justru masih berbicara tentang momentum penegakan hak asasi manusia TKW di mancanegara. Sungguh pun ekspor TKW telah berlangsung sejak dekade 1980-an, negara masih kosong dari spirit pembelaan terhadap anak-anak bangsa yang mengadu nasib sebagai pekerja migran.
Selama politik ketenagakerjaan tumpul memahami hakikat dan logika ekonomi perbudakan, selama itu pula terus bermunculan kasus serupa Sumiati.


OPINI PUBLIK : Kadang , manusia yang merasa dia berjiwa muslim di pusat
negara islam sekali pun tak sanggup menahan emosi nafsu,
yang akhirnya emosi nafsu itu pun menutupi amal dan akhlak baiknya .
Setan menguasai orang tersebut ,
sehingga orang tersebut tidak lagi memiliki rasa kemanusiaan , hilangnya rasa sosial ,
dan tidak peduli akan kehidupan makhluk lainnya .
untuk mengikuti hawa nafsu yang tidak disertai dengan akal pikiran dan perasaan ,
karna hawa nafsu yang tidak dapat dikendalikan akan menimbulkan penderitaan bagi orang lain . Sehingga orang lain merasa rugi karna perilaku kita tersebut .
Maka dari itu kita sebagai umat beragama dilarang keras
sumber :
http://duniapendidikanmenengah.blogspot.com/2010/11/ekonomi-perbudakan.html


Manusia dan penderitaan

artikel manusia dan penderitaan

ADA seorang sahabat yang menjadi pengamat kelahiran yang cermat. Setelah pergi ke banyak negara, menyaksikan demikian banyak kelahiran manusia ternyata ada yang sama di antara semua kelahiran: bayinya menangis, dan tangisannya hampir sama. Entah itu di Eropa, Amerika, Australia sampai dengan Asia semuanya bermuara pada hal serupa ini. Sehingga menimbulkan pertanyaan, "Apa tanda-tanda kehidupan yang bersembunyi di balik semua ini?"

Tentu sangat terbuka peluang untuk lahirnya berbagai penafsiran dari sini. Dan seorang sahabat ada berbisik, "Kalau bayi lahir menangis adalah tanda-tanda awal dari penderitaan. Mau lahir di keluarga kaya raya, berlimpah cinta sampai dengan yang disebut sempurna, tetap saja manusia tidak bebas dari penderitaan." Paling tidak pasti kena sakit, umur tua dan ditakut-takuti kematian. Dan tangisan yang serupa menunjukkan bahwa ia terjadi di semua tempat dan waktu.

Lebih-lebih di zaman ini. Pada zaman sejumlah hal menyentuh hati terjadi tidak henti-hentinya: bunuh diri, gantung diri, perang, petaka alam dan masih bisa ditambah dengan yang lain. Sehingga mudah sekali membukakan pintu keingintahuan, "Kalau memang isi hidup ini adalah penderitaan, apakah kematian adalah jalan pembebasan?" Kalau kematian adalah jalan pembebasan, bukankah bunuh diri sekaligus gantung diri adalah langkah-langkah pembebasan? Sungguh tidak mudah menjawab pertanyaan-pertanyaan berat ini.

Sejumlah guru pernah bertutur serius, bahwa penderitaan manusia berakar pada identifikasi berlebihan pada badan dan pikiran. Badan dengan lobang-lobangnya di satu sisi memang menjadi sarana bertumbuh (mulut untuk makan, hidung untuk bernapas, dst), namun di lain sisi ia adalah pembuka jalan bagi penderitaan. Mulut yang nafsunya berlebihan adalah awal berbagai penyakit. Lobang seks di bawah kalau diikuti, semuanya bisa hancur dalam semalam.

Pikiran juga serupa, ia pembantu yang baik, namun penguasa yang amat berbahaya. Sebagai pembantu, pikiran membantu berhitung, mengenali hitam-putih, baik-buruk dst. Namun sebagai penguasa yang sifatnya dualistik (kiri-kanan, sukses-gagal), pikiran juga yang membuat manusia senantiasa berguncang. Tidak puas dengan titik kehidupan, kemudian melompat ke titik ekstrem lain yang bernama kematian. Tidak puas dengan keramaian, melompat ke titik ekstrem lain yang bernama sunyi-sepi. Ada satu hal yang tersisa dari sini: kehidupan yang berguncang!

Sehingga bisa dimaklumi, kalau ada seorang guru yang mengandaikan kehidupan manusia dengan a circle without center. Sebuah lingkaran berputar tanpa titik pusat. Di luar titik pusat, tidak ada hal lain terkecuali guncangan. Habis di atas, di bawah. Habis di kiri, di kanan. Habis kaya, miskin. Setelah bahagia, menderita. Setelah senang, sedih. Guncangan, guncangan dan hanya guncangan. Tentu tidak terlalu mengejutkan menyaksikan kemudian, kalau di negara kaya seperti AS kemudian konsumsi pil tidur tergolong yang paling tinggi. Di keluarga kaya mudah sekali dipicu untuk tergelincir ke dalam pertengkaran dan perceraian. Semakin jauh kaki melangkah dari titik pusat (sebutlah amat kaya), semakin mungkin ia tergelincir ke titik ekstrem lain yang sama jauhnya dari titik pusat.

Dari sini, ada yang bertanya, "Apa dan di mana titik pusat kehidupan?" Sebuah keinginan intelektual sederhana, namun memerlukan sejumlah langkah berat untuk merealisasikannya. Sederhana, karena bisa dijelaskan dengan bahasa sederhana. Berat karena hanya latihan yang tekun yang bisa menghantar manusia ke sana. Ada banyak penjelasan tentang titik tengah. Sekumpulan orang timur (seperti Buddha, Confucius sampai Lao Tze) menyebut titik pusat ada
di jalan tengah (the middle way). Seperti menyetel senar gitar, terlalu kencang putus, terlalu kendor tidak berbunyi. Pengagum cinta, menyebutkan kalau titik tengah ada dalam cinta. Do everything lovingly, demikian saran sederhana namun mendasar. Sebab, apa saja yang dilakukan penuh cinta (dari menyapu, mengepel, menjadi ibu rumah tangga, sampai dengan bekerja) akan otomatis menggiring manusia ke titik pusat.

Ada lagi yang datang dengan penjelasan yang agak rumit. Titik pusat tidak di kepala, tidak juga di hati. Ia ada di pusar. Kepala hanya sumber guncangan. Hati hanya jembatan menuju pusar. Makanya, manusia-manusia yang hidup dengan hati lebih mudah hidup tenang seimbang, karena sedang melalui jembatan menuju pusar. Dan pusar ini juga yang menjadi titik paling menentukan ketika manusia berada dalam kandungan Ibu. Dengan damai, tenang sekaligus seimbang setiap bayi berada di kandungan Ibu. Dan kedamaian terakhir, dibimbing melalui titik pusat yang bernama pusar.

Ada juga penjelasan yang lebih rumit lagi, titik pusat ada di atas dualitas baik-buruk, benar-salah, sukses-gagal, hidup-mati, dst. Seorang guru pernah berbisik: "When you are not concerned with neither life nor death, then you are centered." Tatkala manusia tidak lagi ditarik terlalu kuat baik oleh kehidupan maupun kematian, ia mulai terpusat. Dan Anda pun dipersilakan menambahkan pendekatan lain, atau memilih salah satu pendekatan yang ditawarkan di atas. Yang jelas kata-kata dan logika saja tidak banyak membantu. Hanya ketekunan berlatih dalam keseharian yang banyak membantu. Dan seorang sahabat yang latihannya mengagumkan, serta telah hidup bertahun-tahun di titik pusat pernah menulis buku berjudul No Fear No Death. Bahkan kematian pun berhenti menakut-nakuti ketika manusia terbebas di titik pusat. (SH)

Opini :
manusia tidak begitu saja lepas dari penderitaan . Karna penderitaan adalah takdir Allah , dimana Allah menguji kita apakah dapat sabar dan tawakal dalam menerima penderitaan itu apa tidak .dimana setiap manusia ingin hidupnya bahagia , maka ia harus melewati penderitaan yang ada .

sumber : http://www.iloveblue.com/bali_gaul_funky/artikel_bali/detail/2207.htm

Minggu, 13 Maret 2011

artikel tentang manusia dan cinta kasih bab 4 IBD (penuliasan ke 2)

Nama : PRITTA DESICA

Kelas : 1KA 24

NPM : 18110529
Pertemuan : Ke 4
Pokok Bahasan : Manusia dan Cinta kasih
Dosen : Ibu Putri FettICIA Siregar


Ramai yang tahu tentang cinta. Ramai yang tahu menyebut perkataan cinta. Ramai yang tahu bagaimana ingin meluahkan kata-kata cinta. Tetapi adakah anda tahu apa itu cinta yang sebenarnya? Di sini saya ingin berkongsi dengan anda tentang apa itu cinta.

Sifat Cinta
Cinta itu suci, mahal dan tinggi tarafnya. Sifat cinta itu sempurna. Jika tidak, cinta akan cacat. Itulah cinta sebenar cinta.

Cinta Wujud Sejak Dilahirkan
Rasa cinta sedia wujud di dalam jiwa manusia sejak manusia itu lahir ke dunia. Cuma manusia akan melalui tahap-tahap kelahiran cinta bermula dari cinta kepada belaian ibu, membawa kepada cinta kepadakekasih dan akhirnya setelah puas mencari cinta suci, maka akan cinta kepada Tuhan Wujudnya cinta itu tidak dapat dilihat tapi dapat dirasa dan cinta sebenar cinta itu suci murni serta putih bersih.

Cinta Bersedia
Bila sampai masanya di setiap tahap-tahap cinta, maka Tuhan menjadikan manusia itu bersedia menerima cinta itu. Pada mulanya jiwa itu bersedia menerima cinta, lantas sedia pula untuk berkongsi rasa kewujudan dengan dikasihi. Sedia untuk mengikat setia serta saling memahami. Setia untuk dipertanggungjawapkan kerana cinta. Sedia untuk menyerah diri pada yang dicintai.

Cinta Itu Indah
Walaupun kewujudan cinta tidak bisa dilihat, tetapi cinta itu indah dan cantik. Cantiknya itu tulin dan tidak ia bertopeng. Bukan saja ia cantik malah suci murni, bercahaya gemerlap dan putih bersih.

Cinta Itu Mengharap Balasan
Cinta antara manusia itu berkehendak kepada jodoh atau pasangan, dari diri yang punya persamaan, dari diri yang asalnya satu. Bila dapat yang dicari, bermakna cinta itu menganggap telah bertemu yang paling sesuai dan secocok dengan jiwanya, untuk bersatu kembali. Kehendak itu timbal balik sifatnya kerana manusia dalam bercinta tidak hanya menerima tapi juga menerima.

Cinta Itu Menakluki
Sifat cinta itu ingin menguasai. Dia mahu yang dikasihinya itu hanya khusus untuk
dirinya. Dia tidak mahu ianya dikongsi dengan orang lain. Sifat ini menuntut hak untuk mencintai dan dicintai. Tapi, dalam pada ingin menakluki, ia juga ingin ditakluki sepenuhnya.

Cinta Itu Mengetahui
Pada asasnya sebenarnya cinta itu mengetahui. Orang yang bercinta tahu siapa yang patut
dicintainya. Cinta tidak perlu bertanya. Manusia boleh jatuh cinta tanpa membaca ilmiah atau novel tentang cinta. Mereka tahu apa yang perlu dilakukan. Tapi, cinta cuma tahu bercinta. Ia tidak tahu akan peraturan cinta jika tiada diberikan panduan.

Cinta Itu Hidup
Cinta adalah ibarat manusia, boleh berputik, lalu mekar serta boleh layu dan gugur. Cinta itu punya deria dan perasaan. Cinta mendengar cinta, berkata cinta, melihat
cinta. Cinta ada segala-galanya. Sayang, benci, cemburu, gembira, sedih, tenang, tertekan, ketawa dan menangis. Cinta itu hidup sampai satu ketika ia akan menemui mati.Tapi ramai orang berharap agar cinta itu kekal selagi dia masih hidup dan tetap hidup walaupun telah mati.

Cinta Itu Suci
Sebagaimana yang banyak dikatakan orang, cinta itu suci. Sucinya cinta bukan bermakna ia tidak mengharap balasan. Cinta mengharap balasan cinta. Sucinya cinta bermakna ia tidak bernoda dan tidak pula berdosa Itulah sifat asal cinta, ia suci bagaikan anak yang baru lahir. Mereka yang kenal erti cinta akan cuba mengekalkan cinta itu sesuci mungkin. Mengekalkan cinta suci bermakna menjauhkan ia dari godaan nafsu yang tidak ada batasan. Kerana nafsulah cinta suci jadi bernoda dan berdosa.

Cinta Itu Mempesona
Cinta itu bukan saja indah, tapi mempersonakan. Ia bukan kerana cinta itu nakal sifatnya tapi kerana ia suci dan bersih. Ia adalah sebagaimana anda melihat pada anak kecil yang comel dan
bersih. Dia senyum pada anda dan merapati anda. Anda terpesona kerana bukan saja ianya comel, tapi kerana dia adalah insan yang tidak berdosa. Kerana sifat cinta yang mempersona ini selalunya manusia itu berbuat silap bila bercinta.

Apa saja yang dilakukan oleh kekasihnya...mempersonakannya dan nampak cantik serta betul walaupun itu adalah satu dosa dan akan menodai cinta itu sendiri. Itulah juga yang menyebabkan orang yang bercinta itu walaupun seorang yang bijaksana, akan menjadi bodoh kerana pesona cinta. Akal itu mampu dikalahkan oleh nafsu. Nafsu itu tidak bisa dikalahkan melainkan jika anda sentiasa ingat kepada Tuhan Maha Pencipta.

Apakah itu Bukti Cinta?
Cinta perlukan bukti. Ramai orang percaya bahawa bukti cinta itu ialah mengorbankan atau menyerahkan apa saja yang kekasih anda mahu. Mereka percaya jika itu tidak berlaku, maka cinta itu tidak tinggi nilainya. Sebenarnya anggapan itu tidak tepat. Jika anda beri semua yang dia mahu,apakah yang tinggal pada anda? Benarkah dia cinta pada anda bila dia mahukan pengorbanan anda?

Cinta sejati tidak memusnahkan atau merosakkan diri kekasih yang dicintai. Malah ia menjaga agar kekasih tetap suci dan selamat sebagaimana sucinya cinta itu sendiri.

Sumber: Azdriana

Cerpen manusia dan cinta kasih bab 4 Ibd (tugas ke 1)

Sebuah Surat hati

Dalam tiap langkah kaki menapak, aku ada. Dalam tiap hari menjelang, aku pun terbit. Laksana mentari di atas sana yang tak bosan menerangi sekalipun banyak awan nakal sesekali menutup indah terangnya, juga seperti tiap ibu yang mengasihi anaknya sekalipun banyak durhaka tercipta dalam tiap langkah menuju kedewasaan... aku tetap di sana. Menyunggingkan sebuah senyum sambil mengawasi tiap mereka yang butuh aku.
Sama seperti Rupiah yang bermimpi tuk jadi Dollar, ia pun dulu adalah seorang pemimpi. Hidup dalam impian terbayang indahnya dunia luar. Namun kini, mimpi itu selangkah demi selangkah telah menuju puncaknya. Lihat bagaimana mudahnya sebuah perubahan itu tercipta. Hanya perlu menambahkan 1 huruf tuk jadi berbeda, seorang yang berguna. Dari “pemimpi” tuk jadi “pemimpin” kita hanya perlu menambahkan sebuah “n”. Lalu, bagaimana dengan kalian?
Aku mampu hadir dalam tiap hati, kecuali jika ambisi berlebih, dengki, kerakusan, serta dendam yang telah menempati posisinya terlebih dulu. Namun, aku akan tetap menunggu. Menanti dan terus menanti. Sampai semua yang membutuhkanku sudah tak ada lagi di dunia ini.
Sama seperti hari-hari sebelumnya, hari ini aku tetap menemaninya. Melangkah bersama dalam tiap suka dan dukanya. Menguatkan hatinya di kala gundah dan saat semua hitam memenuhi kalbunya. Bagi gadis ini, akulah pengubah hidupnya. Sedikit demi sedikit, topeng yang selama ini dikenakannya sudah mulai dilepas. Mantel imam yang selama ini dihindari sentuhannya pun sudah mulai dikenakannya kembali. Hidupnya sudah jauh lebih indah dibandingkan dulu. Masih ingat kala itu, saat ia sudah sangat putus asa. Hanya kematian yang jadi jawaban baginya. Hanya tinggal hitungan menit tuk sampai kembali kepada Pencipta. Namun, saat itu dia menangis. Meratap dan mengutuk diri atas semua dosa yang telah terukir. Karena itu, aku hadir. Kembali memulihkan kalbunya yang sudah terlanjur terluka parah.
Hingga kini, hanya dalam hitungan tahun, ia akan jadi seorang yang berbeda. Seorang yang mampu berbuah tuk sesamanya. Oleh karena itu, aku tetap menemani. Mengawasi tiap harinya sampai sang Pemimpi tak perlu lagi lelah bermimpi. Biarlah sayap itu mampu terbentang lebar atas birunya sangkakala. Ya... sebagai sang Pemimpin... baik atas sesama makhluk ciptaan-Nya maupun atas dirinya sendiri.
Sekarang, aku rasa kalian sudah dapat menebak siapa aku. Aku adalah cinta kasih, ketulusan, dan semua indah yang telah Tuhan ciptakan tuk kalahkan keegoisan diri. Mudah rasanya tuk melangkah lurus ke depan, tapi tak semua mereka memiliki aku. Alhasil, hanya usaha hampa tanpa ada sedikitpun kepuasan yang dihasilkan. Jika hanya Rupiah yang dijadikan patokan kesuksesan, akankah itu bisa untuk selamanya? Jika hanya Rupiah yang dijadikan pemuas kehidupan, benarkah kebahagiaan itu ada?
Sama seperti para dokter di luar sana. Mereka diibaratkan sebagai penyembuh sakit. Inilah akar konflik yang telah eksis dan terus berkembang. Pandangan yang terlalu positif itu seringkali jadi bumerang bagi rekan-rekan lainnya. Apakah seorang dokter dikatakan sukses hanya dengan menilai jumlah Rupiah yang dihasilkannya per bulan? Benarkah itu yang terikrar dalam Sumpah Dokter tanda kelulusan? Bagiku, kesuksesan seorang dokter adalah mereka mampu menyembuhkan sesama, baik jasmani maupun mentalnya. Lantas, benarkah jika seorang dokter hanya melakukan cek TTV (tanda-tanda vital) seadanya saja yang bahkan dapat dihitung dalam detik lalu menulis resep seadanya itu dikatakan bahwa mereka telah mendedikasikan diri dan gelar mereka tuk sesama? Ingat kawan, memang waktu adalah uang, namun tak setiap detik boleh kau ibaratkan sebagai Rupiah.
Seorang kaya yang mandi di atas tiap puing Rupiah, benarkah mereka dapat dikatakan telah meraih kesuksesan? Benarkah hartanya dapat menemaninya jika hanya ada kematian menjemput? Bukankah hidup itu indah jika kita berarti bagi sesama? Yang dapat menilai eksistensi diri kita hanyalah orang lain. Demikianlah seperti bibir dan pipi yang sangat berdekatan. Namun sang Bibir takkan mampu mencium sang Pipi. Yang dapat mencium pipi kita hanyalah orang lain. Bahkan, saat kematian menjemput, bukankah kita hanya dapat hidup dalam hati dan kenangan mereka yang tertinggalkan? Lantas, apa gunanya materi itu jika kita tak punya hati nurani. Hanya akan jadi kosong yang hanya dapat hidup dalam hitungan menit kemudian terlupa untuk selamanya. Hanya akan terlapis topeng dan tersumpal bualan, bak lidah ular yang bercabang. Namun, hati nurani akan selamanya berupa hati nurani. Takkan ada yang sanggup menggantinya, menutupinya, ataupun memalsukannya.
Untuk itu, aku ada. Memimpin tiap mereka tuk raih kesuksesan, baik dalam arti materi duniawi maupun materi akhirat. Kalau kau bilang, ularlah yang salah ketika menghasut Hawa yang kemudian memulai keruntuhan manusia, bagiku semuanya sama saja, baik ular, Hawa, Adam, maupun Eden. Tak ada yang lebih salah dari yang lainnya, begitu juga tak ada yang lebih benar. Semuanya merupakan tersangka utama. Oleh karena itu, aku hadir tuk kuatkan agar tahan godaan. Hanya jiwa yang mengasihi yang mampu menolong sesama tanpa harap akan apapun selain sebuah ucapan terima kasih. Hanya ketulusan yang membuat manusia tak saling mendengki lalu saling menjatuhkan.
Melihat banyak mata kalian menatap, tampaknya banyak tugas yang harus kukerjakan. Tenang saja Kawan, kami akan tetap hadir tuk tiap kalian. Bukalah hati kalian, maka kami akan ada di sana. Sekarang, sudah siapkah kalian untuk mengecap perubahan? Ingat, hanya perlu usaha yang tak sulit tuk jadi seorang yang berguna, dari seorang pemimpi tuk jadi pemimpin. Lantas, apakah kalian masih ingin disibukkan oleh hal-hal semu? Ataukah kalian sudah siap tuk rasakan gejolak kehidupan yang lebih bermakna? Hanya tiap kalian yang mampu menjawabnya... Kini, biarkanlah aku terlelap dalam lautan bintang-bintang sembari menunggu. Ya... menunggu kalian.

Salam hangat selalu,
Hati nurani

sumber :http://id.shvoong.com/humanities/1926156-cerpen-motivasi/


Opini : Materi terkadang membuat kita lupa diri akan kehidupan . Dimana lupa dengan seseorang yang telah membesarkan nama kita , dan lupa dengan orang yang telah memberikan kehidupan kita jauh lebih baik dan baik lagi ..Kadang tidak ada maksud dalam benak kita untuk melupakan orang tersebut. tetapi karna jauhnya tempat tinggal agar bisa bertemu kembali dengan teman2 yang kita sayang, ditambah kesibukan yang membuat kita sempat terlupa dengan teman2 lama kita .

Senin, 07 Maret 2011

bab 3 konsepsi ilmu buaya dasar dalam kesustraan( tulisan1)

Cerpen pendidikan berkualitas , sangatlah mahal


Robohnya Sekolah Kami

“Gawat, Pak Parno. Gawat!” ujar Pak Hidayat pelan ketika jam istirahat.
“Apanya yang gawat, Pak!” kataku tenang. Aku tidak mau terbawa arus gosip. Aku hanya ingin mengajar dengan baik. Anak-anak dapat menguasai materi yang kuberikan dan mendapatkan nilai-nilai didik dari materi itu. Itu tugasku. Aku tak mau terlalu ikut campur dalam masalah manajemen sekolah.
“Wah, semua sudah keblinger, Pak. Sekolah ini sudah terlalu mengarah ke bisnis. Ingat, siswa-siswi kita itu dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Jadi kalau sampai anak-anak ditarik uang insidental setinggi itu, apa ya ndak kasihan. Apalagi prosedurnya menyalahi aturan,” ujar guru olah raga ini.
Aku sudah tahu arah pembicaraan Pak Hidayat. Dia pasti mempermasalahkan kebijakan kepala sekolah. Aku sudah mendengar sebelumnya dari Pak Suharto. Dan aku tak mau terjebak dalam perbincangan ini sebab aku hanya ingin mengajar dan mendidik muridku.
Memang, kadang kami sebagai guru tidak turut diajak memutuskan kebijakan yang menyangkut keuangan. Kami para guru, khususnya aku, tidak terlalu pusing dengan hal itu. Tapi khan mestinya, ini dibicarakan dengan komite sekolah. Komite sekolah harus mengundang orang tua. Lalu sekolah membeberkan program sekolah. Butuh dana berapa, sudah dapat sumber dana dari mana, lalu kekurangannya ditanggung orang tua. Rapat komite sekolah bersama orang tua wali muridlah yang memutuskan besar tarikan uang insidental, uang gedung, atau apalah namanya.
Tapi, ya itulah. Kenyataannya, sering aturan baku itu diterabas. Alasannya, kita khan menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Jadi segala sesuatu yang berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas pendidikan di sekolah ini ya bebas tidak usah ikut aturan dari luar. Kita harus berkreasi bagaimana caranya agar kita dapat meningkatkan partisipasi orang tua. Salah satunya adalah partisipasi dalam hal dana.
Itulah argumentasi yang sering dipakai. Aku sudah sering mendengar itu. Aku dulu sempat melawan sistem seperti itu. Dalam suatu rapat dinas aku bicara keras. Prinsipnya, aku tak mau sekolah terlalu serakah. Kasihan anak-anak. Aku tahu, anak-anak itu banyak yang nunggak uang sekolah bulanan. Lalu mereka harus menanggung cicilan uang gedung?
Terus terang dalam hal nasib anak-anak didikku, aku gampang berempati. Pernah suatu hari aku melihat muridku tertidur di kelas. Kubiarkan hampir satu jam pelajaran, dia masih tertidur. Lalu kubangunkan. Matanya merah.
“Tolong cuci muka ke kamar mandi dulu, ya!” perintahku.
Saat kembali dari kamar mandi, matanya masih merah. “Maaf, Pak!” katanya singkat.
“Memangnya kamu begadang tadi malam?” tanyaku yang disambut tawa oleh teman-temanya satu kelas.
“Tadi malam, saya kerja membantu orang tua, Pak! Bapaku bilang, aku harus bekerja keras agar aku bisa menyelesaikan sekolah. Kami baru mendapat tagihan uang gedung yang sama sekali belum pernah kami cicil.”
“Kerja apa?” tanyaku penuh selidik.
“Menambang pasir, Pak.”
Aku tidak berkata-kata lagi. Kupersilakan dia duduk kembali.Aku bisa melihat betapa beratnya perjuangan anak itu. Tubuh anak itu memang kekar, tapi terlihat hitam legam dan matanya merah.
Dalam perjalanan pulang mengajar, kuhampiri para penambang pasir di Kali Brantas. Ada sebuah perahu dengan beberapa orang di atasnya. Mereka bergantian menyelam ke dasar sungai dengan sebuah timba di tangannya. Selang beberapa menit kemudian, orang yang menyelam itu sudah memanggul timba berisi pasir.
Aku tercenung. Betapa beratnya kerja mereka. Aku lalu membayangkan, salah satu orang yang ikut menyelam dan memanggul pasir itu adalah Senoaji, muridku. Dan itu dilakukan pada malam hari, saat seharusnya dia ada di rumah untuk belajar. Wahai para guru! Wahai para kepala sekolah! Tahukah Anda bahwa tidak semua anak bisa bersekolah dengan begitu mudah?
Terus terang, sejak itu aku menjadi sangat peka terhadap tarikan uang kepada siswa. Bahkan, aku tak lagi berani memaksa mereka membeli buku pelajaran seharga lima ribu, sekalipun. Kalau memang ada yang beli silakan, tapi aku tidak mewajibkan. Aku tidak mau menambah beban mereka.
Sekolah kami ini sekolah SMK, tepatnya sekolah teknik. Sebagian besar mereka yang bersekolah di sini memang untuk bisa segera bekerja usai lulus. Cita-cita mereka sangat sederhana. Seperti Senoaji, katanya ia ingin bisa bekerja di bengkel mobil. Lalu Hari Subekti. “Saya ingin membuka bengkel las di depan rumah, Pak” katanya.
***
“Wah, gawat, Pak Parno. Makin gawat!” kata Pak Hidayat lagi di hari lain. “Sekolah ini sudah mendapat banyak kucuran dana dari pusat. Kita ini sebenarnya mendapat banyak proyek besar. Nilainya ratusan juta. Jadi mestinya tidak perlu kita memberatkan orang tua siswa. Mereka itu kebanyakan dari golongan ekonomi lemah.”
Aku sudah tahu arah pembicaraan Pak Hidayat. Dan aku tidak mau terbakar karenanya. Aku hanya mendengarkan dengan penuh seksama, dan bilang pendek, “O, iya?”
“Ini tidak bisa dibiarkan Pak Parno. Kita harus bergerak. Kita sebagai guru harus berani. Ini jaman demokrasi, jaman transparansi. Mestinya semua masalah keuangan di sekolah itu dipertanggungjawabkan kepada seluruh warga sekolah, setidaknya kepada dewan guru. Kita tidak bisa didiamkan saja. Kita tidak boleh dianggap orang bodoh yang hanya mengajar di kelas tanpa boleh tahu masalah keuangan sekolah. Bagaimana kalau dana-dana itu sebenarnya dikorupsi?”
Aku tidak berkata apa-apa. Aku hanya manggut-manggut. Kadang-kadang, aku terbawa juga pada arus pembicaraaan Pak Hidayat. Tapi segera kucegah. Aku ini guru, tugasku mendidik anak-anak. Membantu anak-anak mencapai cita-citanya, memangkitkan semangatnya saat mereka berputus asa. Aku tidak mau tahu dengan urusan manajemen sekolah. Itu bukan tanggung jawabku.
“Pak Parno jangan diam saja. Ingat, Pak Parno ini mantan aktivis. Dulu saat mahasiswa kan aktif di senat. Mimpin demo terhadap rektorat. Mana kekritisan Pak Parno sekarang?”
Tiba-tiba emosiku terbakar. Tapi segera aku padamkan. Ya. Aku memang mantan aktivis. Itu dulu. Aku pernah memimpin demo menghadapi rektorat yang kami nilai korup. Aku sempat diskors bersama tiga temanku: Banji, Sarwo, dan Wirdan. Kami lalu diseret ke meja hijau dengan tuduhan mencemarkan nama baik. Tapi berkat kekompakan teman-teman senat, justru di persidangan situasi terbalik. Kami justru bebas, sedangkan rektor yang justru terbukti melakukan tindak pidana korupsi. Rektor itu akhirnya dipecat dan mendekam di penjara.
Ingat masa lalu kadang aku tertawa sendiri. Kadang aku tak percaya kalau aku bisa menjalani itu semua. Ah, tapi itu dulu. Sekarang aku seorang guru. Bukan masalah gurunya yang aku maksud. Tapi aku tidak sesehat dulu. Aku menderita penyakit jantung. Aku ingin tenang bekerja. Aku hanya ingin mengajar dan mendidik murid-muridku. Tidak mau berada dalam situasi konflik yang melelahkan. Aku ingin damai bersama murid-muriku. Berbicara dari hati ke hati. Berbicara tentang kejujuran, tentang keadilan, tentang demokrasi, sambil berharap suatu saat mereka akan bisa mengimplementasikan nilai-nilai yang kuajarkan di masyarakat.
Hanya itu yang ingin aku lakukan. Aku tidak mau terbakar oleh Pak Hidayat. Aku tidak boleh terjebak dalam suasana hiruk-pikuk yang melelahkan. Biarlah semua terjadi kalau memang harus terjadi.
“Gimana, Pak Parno? Apakah Bapak ikut bergerak bersama kami?” desak Pak Hidayat lagi.
“Maaf saya mau mengajar,” tukasku singkat sambil beranjak ke ruang kelas.
***
Hari ini Sabtu. Aku tidak ada jam mengajar. Waktu kosong seperti ini selalu kuisi dengan membaca. Kadang novel kadang buku-buku psikologi remaja. Usai sholat maghrib saat menemani anak-anakku menonton kartun di TV, tiba-tiba ada berita sekilas. “Hari ini terjadi demo besar-besaran di SMK Harapan Kita. Demo itu menuntut kepala sekolah Drs. Haji Abdul Malik, M.Pd dicopot dari jabatannya terkait kasus korupsi dana proyek pembangunan sekolah senilai empat ratus juta rupiah.”
Aku tertegun. Di layar kaca, aku lihat wajah-wajah kukenal sedang meneriakkan yel-yel. Ada Pak Hidayat, Pak Ismail, Pak Suharto, dan lain-lain. Ada pula kulihat Senoaji, Hari Subekti, Andika Teguh, dan banyak lagi. Itu murid-muridku.
Aku masih tertegun. Aku tidak menyalahkan mereka, tapi aku tidak akan ikut mereka. Aku sudah berjanji pada istriku, aku ini guru. Tugasku mengajar dan memberikan pendidikan kepada murid-muridku. Itu sudah cukup. Dan, tentu saja, mendidik anak-anakku sendiri, Putri dan Indri, hingga dewasa dan mandiri.
“Yah, obatnya diminum!” kata istriku dari dapur. Putri, anakku terbesar yang sudah kelas nol besar segera beranjak ke dapur. Biasa, dia mengambilkanku segelas air dan kotak kerdus berisi obat-obatanku.
“Ini obatnya, ayah!” kata Putri.
“Terima kasih,” kataku sambil mencium kening anak manis itu.
Aku lalu meneruskan menonton kartun Tom and Jerry kesukaan anak-anakku. Seperti tidak terjadi apa-apa



sumber : http://pendidikanyangdemokratis.blogspot.com/2007/06/sekolah-dalam-sebuah-cerpen-potret.html

bab 3 konsepsi ilmu buaya dasar dalam kesustraan( tugas1)

contoh prosa dalam kebudayaan dasar

Karya :Isra Khasyyatillah
Pemenang III dalam Lomba Mengarang Cerpen Berbahasa Indonesia Tingkat SMP/MTs se Kabupaten Kampar, 22 Desember 2008 Berasal dari MTs Desa Sawah- Kampar.

Hari panas terik. Sang surya bersinar dengan ganasnya. Membuat ubun-ubun terasa mendidih. Aris mempercepat langkah menuju rumahnya. Akhirnya sampai juga. Dia duduk melepas lelah sambil membuka sepatunya.
‘’Huh, lega rasanya,’’ ia menghela napas dan beranjak masuk ke dalam. Baru saja melangkahkan kaki ke dalam rumah, ia menemukan uang berserakan di lantai.

‘’Hah, uang apa pula ini Mak,’’ katanya heran. Tentu saja dia heran. Di zaman serba sulit ini uang dibiarkan berserakan di lantai begitu saja. ‘’Untung aku bukan maling yang tiba-tiba masuk ke dalam rumah,’’ pikirnya nakal.

“Uang punya Mak. Berikan sama Mak. Bapak mau keluar,’’ sahut bapak.
‘’Hmm, Mak sudah punya uang sekarang. Jadi, aku bisa minta uang untuk membayar uang les dan LKS,’’ pikirnya.
‘’Maaak, Oo Maaak,’’ panggil Aris.


‘’Ada apa Ris. Ganggu orang saja kamu ini,’’ kata maknya jengkel.
Lalu Aris menyerahkan uang tersebut pada maknya. Ia menjelaskan bahwa uang les dan LKS-nya belum dibayar. Sedang pihak sekolah sudah beberapa kali menagihnya. Tapi bukannya diberi uang, dia malah dimarahi oleh maknya.
‘’Saya heran dengan sekolah kamu itu. Banyak sekali tetek bengek yang harus dibayar. Kan ada dana BOS. Untuk apa dana BOS itu? Sudahlah, tidak usah kamu sekolah. Buang-buang uang saja. Sekarang karet itu tidak berharga, tahu?’’ Katanya dengan muka merah menyala.

Aris sudah menjelaskan bahwa dana BOS itu tidak mencukupi, karena sekolahnya hanya sekolah swasta dan banyak memakai tenaga honor. Tapi maknya tidak mau tahu dengan semua itu. Dia malah menyuruh Aris cari uang sendiri. Kemanakah uang kan dicarinya? Ah, Emak tak mengertilah dengan pendidikan. Padahal pendidikan itu sangat penting. Dengan pendidikan kita akan bisa menatap masa depan yang gemilang.
‘’Buat apa kamu sekolah? Lihat itu hah, banyak yang sekolah tinggi, tapi akhirnya cuma jadi pengangguran, kan? Jadi buat apa sekolah?’’ tambah maknya lagi.

Aris lebih memilih diam dari pada menjawab omongan maknya. Ia menyayangkan kenapa maknya mempunyai pola pikir yang terbelakang seperti itu? Sekarang orang berlomba-lomba mencari ilmu, tapi mak malah melarangnya.
‘’Mak... mak, mengapa Emak lebih suka mengumpulkan uang, beli emas, dan membanggakan diri pada orang lain dari pada menyekolahkan kami anak-anak mak. Itu akan lebih bermanfaat,’’ gumamnya dalam hati.
Aris sudah lelah mendengarkan omelan emaknya itu. Dia keluar dan pergi entah ke mana.

Sedangkan si Lina, adiknya baru saja pulang dari sekolah SMP yang tidak jauh dari rumahnya. Setibanya di rumah, mak menyuruhnya mandi dan berpakaian yang bagus. Tidak biasanya mak seperti ini. Ternyata si Lina akan dilamar oleh Pak Anto duda kaya yang tinggal di desa sebelah. Tentu saja Lina menolak dengan keras semua itu. Namun, mak tetap bersikeras dengan kemauannya. Ia sama sekali tidak memikirkan bahwa anaknya itu di bawah umur untuk menikah. Apalagi akan dinikahkan dengan seorang duda. Ah, benar-benar tidak masuk akal.

Emak sudah terpengaruh oleh harta. Mak bilang, ia iri pada teman-teman arisannya yang kaya dan hidup mewah. Sedangkan mak tidak punya apa-apa. Mak ingin menabung untuk menggapai semua itu. Kalian tidak usah sekolah. Hanya menambah beban saja.

Hari-hari berikutnya, Aris tak lagi bersekolah. Ia berhenti dan bergaul dengan teman-temannya yang tidak sekolah. Sebenarnya hati kecilnya selalu sedih tiap kali melihat teman-temannya bersekolah. Tapi apa mau dikata, mak sudah tidak mau lagi menyekolahkannya.

Setiap kali ia ikut teman-temannya dan tampaknya ia juga mulai terpengaruh oleh teman-teman baru itu. Sedangkan mak sudah tidak peduli lagi dengannya. Ia sibuk mengumpulkan harta, apalagi sekarang ia telah punya menantu kaya.
Waktu terus berjalan. Aris semakin terjerumus dalam kehidupan yang tidak memiliki masa depan. Ia telah berubah. Hingga suatu hari dengan tergopoh-gopoh, Enda temannya Aris datang dan memberitahukan pada Emak kalau Aris ditangkap polisi tadi malam. Tapi sekarang ia dirawat di rumah sakit. Overdosis katanya. Habis pesta sabu-sabu.
Bagai guntur di siang bolong, Emak dan bapak kaget bukan kepalang. Tapi apa mau dikata. Itu salah mereka, mereka yang menginginkan anaknya seperti itu. Mak menangis-nangis menyesali perbuatan dan siapnya yang tak mau menyekolahkan anaknya itu.

‘’Sudahlah Nur, mudah-mudahan Aris lekas sembuh dan kita bisa kumpul lagi seperti dulu. Akan kita bina keluarga kita. Biarlah kita hidup sederhana, asalkan hati dan keluarga kita bahagia,’’ kata Bapak dengan mata berkaca-kaca, ia berusaha menenangkan hati mak.

‘’Bapak benar, kini mari kita bina dan songsong keluarga sakinah,’’ kata mak mantap.


opini : Cerita pendek benar- benar sangat menginspirasika kita akan pentingnya pendidikan . Karna pendidikan itu adalah proses untuk menuju pola fikir matang terarah dan beretika , bukan untuk jalan mencari uang sebanyak banyak nya , karna , hasil yang kita dapat berupa uang dari pendidikan, merupakan hadiah bagi kita yang telah sabar menuntut ilmu sampai waktunya tiba untuk bekerja . pelajaran yang kita dapat dari cerpen ini adalah harta adalah kekayaan yang akan habis dimakan oleh waktu , Sedangkan intelektualitas dari pendidikan ,adalah harta yang tidak akan ada habisnya


Ilmu Budaya Dasar secara sederhana adalah pengetahuan yang diharapkan mampu memberikan pengetahuan dasar dan umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah manusia dan kebudayaan . Suatu karya dapat saja mengungkapkan lebih dari satu masalah, sehingga ilmu budaya dasar bukan ilmu sastra, ilmu filsafat ataupun ilmu tari yang terdapat dalam pengetahuan budaya, tetapi ilmu budaya dasar menggunakan karya yang terdapat dalam pengetahuan budaya untuk . Pengetahuan budaya mengkaji masalah nilai-nilai manusia sebagai mahluk berbudaya (homo humanus). Sedangkan ilmu budaya dasar bukan ilmu tentang budaya, melainkan mengenai pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep

Karya Seni adalah ekspresi yang sifatnya tidak nomatif, seni lebih mudah bekomunikasi,karena tidak normative, nilai-nilai yang disampaikannya lebih fleksibel, baik isinya maupun cara penyampaianya, karya Sastra adalah pejabaran abraksi yang mempergunakan bahasa yang kemampuan untuk menampung hamper semua pernyataan kegiatan manusia
Prosa dalam bahasa Indonesia istilah tadi sering diterjemahkan menjadi cerita rekaan dan didefinisikan sebagai bentuk cerita atau prosa kisahan yang mempunyai pemeran, lakuan, peristiwa dan alur yang dihasilkan oleh daya khayalan atau imanjinasi. Dalam kesusastraan Indonesia kita mengenal jenis prosa lama dan prosa baru.
1. Prosa lama meliputi :
a. Dongeng-dongeng
b. Hikayat
c. Sejarah
d. Epos
e. Cerita pelipur lara
2. Prosa baru meliputi :
a. Cerita pendek
b. Roman/Novel
c. Biografi
d. Kisah
e. Otoniografi
Prosa fiksi artinya prosa yang mempunyai nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra, ada pun nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra antara lain:
1. Prosa fiksi memberikan kesenangan
2. Prosa fiksi memberikan inforrmasi
3. Prosa fiksi memberikan warisan cultural
4. Prosa fiksi memberikan keseimbangan wawasan
Puisi adalah ekspresi pengalaman jiwa penyair mengenal kehidupan manusia, alam, dan Tuhan melalui media bahasa yang artistic/esthetic, yang secara padu dan utuh dipadatkan kata – katanya.
Kreativitas penyair dalam membangun puisinya dengan menggunakan :
1. Figura bahasa (Figurative Language).
2. Kata – kata yang ambiquitas.
3. Kata – kata berjiwa.
4. Kata – kata yang konotatif.
5. Pengulangan yang berfungsi untuk mengintensifkan hal – hal yang dilukiskan.
Adapun alasan – alasan yang mendasari penyajian puisi pada perkuliahan IBD adalah sebagai berikut :
1. Hubungan puisi deengan pengalaman hidup manusia.
2. Puisi dan keinsyafan/kesadaran individual.
3. Puisi dan keinsyafan social.