Sabtu, 23 April 2011

manusia dan harapan (penulisan ke 2 )

Usaha Manusia Untuk Meningkatkan Rasa Percaya Kepada ALLAH


Manusia yang rajin beribadah , memiliki rasa percaya yang kuat kepada ALLAH SWT .
Karna manusia itu mendekatkan diri kepada ALLAH , tanpa harus diberi cobaan dari ALLAH untuk mendapatkan rasa butuh akan bimbingan Tuhan .

Rasa percaya kepada Tuhan .

Kita hidup di dunia ini , mengetahui bahwa , banyak masayarakat yang menganut Agama lain selain agama Saya . yaitu Islam . Harus kita akui dan hormati keberadaan agama itu . Karna perbedaan agama lah yang menyebabkan , kita menegatahui kelebihan dan kekurangan segala sesuatunya . Sehingga kehidupan kita tidak saja monoton .

Cara Orang untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya sangat berbeda - beda .

  1. Agam kristen dan Katolik mendekatkan diri kepada Tuhannya dengan pergi beribadah minimal seminggu sekali . Atau pada hari- hari besar mereka gereja seminggu 3 kali dengan durasi yang lumayan lama , 3 - 4 jam .
  2. Agama Hindu mendekatkan diri kepada tuhannya dengan cara pergi ke Pure, atau apabila mereka memiliki patung untuk persembahyangan dirumah masing- masing . Jadi setiap saat mereka bisa berdoa kapan saja.Dengan menaruh Dupa , atau semacam lidi bakar dengan wangi khusus untuk mereka sembahyang
  3. agama Budha memiliki cara mendekatkan diri kepada Tuhannya sama dengan agama hindu . Perbedaannya agama Budha tidak memiliki kebiasaan rutin mengunjungi vihara atau tempat persembahyangannya . Mereka hanya melakukan ibadah sebulan sekali , atau sesuai dengan keinginann mereka ( ini menurut pandangan saya saja , salah atau tidaknya mohon dimaafkan )
  4. Agama Islam , memiliki cara yang sangat - sangat rutin untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya . Dengan shalat 5 waktu dan itu adalah kewajiban yang benar2 wajib dan di wajib kan untuk seluruh penganut agama islam di muka bumi ini .Ditambah dengan membaca AL- Quran dan berdoa .

manusia dan harapan

Sabtu , 23 April 2011
9:24

Pritta desica 15110399

menuangkan apa yang ada didalam pikirannya :
manusia dan harapan

Selalu dan selalu kita melihat setiap manusia memiliki harapan . Manusia hidup itu ada tujuannya , Tujuan manusia untuk mencapai sesuatu sesuai keinginannya disebut harapan . Harapan manusia satu sama lain berbeda - beda . Dalam ajaran Islam , "harapan tidak lah harus sesuai dengan apa yang kita inginkan . apabila kita menginginkan harapan kita semua terpenuhi , terkadang kita tidak merasakan yang seharusnya kita tau" . Karna harapan yang kita inginkan biasanya adalah harapan untuk hidup sejahtera tanpa harus mendapat kan penderitaan (Biasanya doa setiap manusia adalah seperti itu )

Maka Allah Swt memiliki kehendak , kehendak Allah disebut takdir . Takdir dapat diubah melalui doa . Doa manusia bisa disebut sebagai harapan manusia atas dasar izin Allah agar manusia mendapatkan kehidupan sebaiknya dengan usaha dan berdoa .


Harapan setiap manusia adalah tujuan terbaik bagi kelangsungan kehidupan manusia tersebut .
Harapan dan cita- cita tampak sama karna untuk mendapatkan harapan , maka manusia harus melakukan proses -proses pencapaian harapan tersebut .


proses- proses pencapaian harapan tersebut disebut juga dengan USAHA . USAHA itu kita sebut juga dengan IKHTIAR . USAHA tanpa disertai dengan DOA , bagaikan kita melintasi di suatu jembatan dibawah lembah yang curam tanpa harus berpegangan dengan lengan jembatan . Jadi DOA itu ibarat lengan jembatan yang mengiringi kita dan membantu kita apabila terpleset jatuh apabila akan jautuh ke dalam jurang . dapat disimpulkan sendiri , usaha yang diiringi dengan doa yang khyusuk dan dengan keyakinan kepada Allah yang sangat mendalam , insyaALLah , ALLAh akan mengabulkan doa kita. Perlahan namun pasti . Karna sebenar nya ALLAh mengabulkan doa kita karna ALLAH ingin menguji kita , apakah kita masih beriman dan masih mendekatkan diri kepada Allah apabila kita keinginan dan harapan kita sudah terkabul ?


Saya sangat percaya dengan suatu harapan yang diiringi doa yang kuat . ALLah itu maha TAU dan Tidak pernah TIDUR ( kata teman saya ) , Jadi, berharaplah kita dengan suatu hal yang baik dan positive . Ditambah dengan kekuatan ibadah yang kita lakukan Insya ALLAH harapan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik akan segera terkabulkan melalui perantara orang lain dan atas dasar hadiah dari usaha yang sudah kita lakukan :)

bab 10 . Manusia dan Kegelisahan( tulisan ke 2)

Penyebab terjadinya ketidak pastian .


Pernah kah anda terima suatu ketidak pastian yang anda terima dari atasan anda , dari dosen , dari teman maupun dari pacar anda ?
Suatu ketidak pastian , itu adalh suatu jawaban yang sangat kita tunggu kebenarannya , namun karna kita hanya sebagai manusia penengadah jadi kita tidak bisa mendapatkan jawaban yang sebenarnya kita inginkan . jawaban yang kita fikir adalah jawban benar , ( menurut kita) adalah jawaban yang berada di benak atasan kita , dosen kita , atau teman2 yang lain yang menurut kita pintar . Fikiran itu sangat-sangat salah . Penentu kehidupan kita bukan orang lain . melainkan diri kita sendiri . Jadi apabila kita berada di suatu tekanan ketidak pastian , jangan pernah berharap agar ketidak pastian itu akan hilang atas bantuan orang lain. Kita harus terus berusaha mengatasi ketidak pastian, agar kita tidak terdidik menjadi manusia pengikut , manusia FOLLOWER yang nasib nya ditentukan orang lain

Orang lain adalah stimulus bagi kehidupan kita , stimulus agar ketidak pastian itu perlahan mendapat pencerahan dari kepastiannya . Bukan berarti kita mengikuti kemauan orang lain saja . kita juga harus menjadi penjawab sebagi ketidak pastian itu. Dengan cara mencari sendiri informasi - informasi mengenai hal yang akan kita selesaikan itu .


Jadi , kesimpulannya : Penentu dari segala pertanyaan , masalah - masalah yang ada di kehidupan kita adalah kita sendiri . Walaupun kita merasa kita tidak memiliki ilmu yang cukup , denga keyakinan dan atas dasar di dalam hati kita sendiri jawaban akan ketidak pastian akan muncul di dalam benak kita dengan begitu saja :)

bab 10 . Manusia dan Kegelisahan

Pritta Desica
15110399

23/4/2011
7:51

Rasa , gelisah .
Pernahkah kalian mengalami rasa kegelisahan dikala kalian sedang merasa tertekan ketika meng hadapi suatu masalah ? Ya , kegelisahan itu selalu mengantui perasaaan kita .

Apa sih kegelisahan itu ? Kegelisahan itu adalah perasaan akan takut dan cemas , tidak percaya diri, panik , mawas diri , sensitive, kesepian , keterasingan ke karna suatu hal atau masalah yang dihadapi atau karna suatu urusan yang mendadak sehingga baru dikerjakan pada menit - menit terakhir .

Apa sih penyebab penyebab gelisah ?
Gelisah itu bisa datang tiba2 karna kita suka mengulur -ngulur waktu pada saat mengerjakan suatu tugas , pada saat kita merasa asing disuatu tempat yang baru kita kunjungi dan kita merasa tidak nyaman untuk berada disana kita juga akan merasakan gelisah . Juga pada saat kita berada dirumah ,sendirian dan tidak ada orang , maka kita akan merasakn rasa gelisah bercampur takut datangnya maling :P .
Hormon strees berfungsi menurunkan fungsi keempat kelenjar yang memproduksi energi . jadi kita bisa merasa gelisah pada saat gormon cortisol itu turun walaupun hanya 30% saja .
lalu penyebab Hipertiroidisme merupakan suatu kondisi dimana terdapat hormon tiroid yang berlebihan dalam tubuh. Hal ini karena tiroid terlalu aktif dalam memproduksi hormon sehingga metabolisme dalam tubuh akan meningkat. Hipertiroidisme biasanya dimulai secara lambat dan pada awalnya gejala mungkin disalahartikan sebagai gelisah karena stres.
selain ditemukan gejala-gejala hipertiroid, dapat pula ditemukan mata yang terlihat membesar akibat naiknya kelopak mata atas. Bahkan kadang-kadang dapat dijumpai satu atau kedua mata yang terlhat menonjol. Beberapa pasien juga dapat mengalami pembengkakan di leher bagian depan akibat pembesaran kelenjar tiroid. Penyakit Graves lebih banyak ditemui pada wanita daripada pria dengan perbandingan 1 : 5-10. Penyakit ini banyak dijumpai pada mereka yang berusia 20 – 40 tahun.

penyakit yang disebabkan dari kegelisahan ini dapat menyebab kan banyak msalah bagi fungsi tubuh . Karna gelisah , kita menjadi sulit tidur , sulit berfikir , berat badan menurun walaupun nafsu makan meningkat .
dan akibat yang paling terlihat adalah bola mata yang menonjol keluar ditambah dengan kantung mata seperti saya :P :P :P :P

Selasa, 19 April 2011

bab 9. manusia dan tanggung jawab

Manusia merupakan mahluk individual (pribadi), manusia juga makhluk sosial (bermasyarakat) dan manusia juga merupakan mahluk pengabdi dalam batasan seorang hamba (religi) artinya adalah manusia itu sendiri sebagai mahluk tuhan. Jika ditinjau dari definisi manusia dari aspek tersebut diatas maka tidak akan terlepas peranan manusia di dunia ini yang mencakup ketiganya secara sederhana namun kompleks. Sehingga dari pernyataan dan definisi tersebutlah dapat disimpulkan bahwa manusia adalah mahluk pembelajar.

Aktor terhebat dengan karakteristik yang menjiwai peranannya dalam bermain sinetron didunia ini dengan skenario dan sutradara tuhan adalah manusia. Ketika manusia sudah menentukan peranannya sendiri baik secara langsung atau tidak langsung maka manusianya itu sendiri akan terikat oleh sebuah sistem permainan tuhan dan permasalahan yang tidak mudah, yaitu tanggung jawab.

Karena manusia pada hakikatnya adalah mahluk pembelajar, maka diperlukan sebuah kontrol sistem dalam sebuah pemainan karakter didunia ini, yaitu tanggung jawab. Tanggung jawab merupaka kesadaran akan setiap sikap dan tingkah laku yang telah dilakukan atau bahkan akan dilakukan, baik sengaja atau tidak di dalam dunia ini, baik secara personal, sosial hingga kejenjang yang lebih tinggi yaitu pengabdian seorang hamba terhadap tuhannya.

Tanggung jawab merupakan aktualisasi dan perwujudan dari sikap sadar seorang yang dikatakan manusia. Jika manusia melakukan suatu hal dengan resiko dan penyelesaian masalahnya dilakukan dalam keadaan tidak sadar, baik sakit atau pengaruh obat – obatan maka tidak dapat dikatakan sebagai si tanggung jawab. Sadar memiliki pengertian tahu, pengertian dan ingat sehingga kesadaran dapat didefinisikan sebagai pengertian dan rasa ingin tahu manusia terhadap hal yang benar baik terhadap sikap dan perbuatannya. Dimana kesadaran manusia sangat berkaitan erat denga hati dan pikiran yang terbuka dan mau menerima sejumlah informasi dan ilmu pengetahuan serta hal – hal yang benar.

Jika si manusianya tidak mau dan tidak dapat bertanggung jawab, maka si manusianya secara tidak langsung tidak sadar atau bukan manusia. Hanya saja perwujudan secara fisik tampak seperti manusia.


sumber : http://filsafat.kompasiana.com/2010/05/03/manusia-dan-tanggung-jawab/

Opini public :

Sadar , dan tanggung jawab sangat erat kaitannya dengan manusia . Dimana seorang manusia dikatakan bertannggung jawab , apabila ia melakukannya dengan fikiran sadar . Apabila manusia melakukan tanggung jawab namun dibawah alam sadar nya maka manusia itu dikatakan tidak bertanggung jawab .

kesadaran akan tanggung jwab yang harus kita jalankan adalah berdasarkan hati nurani sendiri tanpa adanya paksaan melakukan tanggung jawab itu . apabila melakukannya dengan paksaan maka kita akan menjalankan dengan hati terpaksa dan hasil nya tidak maksimal

Senin, 18 April 2011

bab 9 . manusia dan tenggung jawab .

Manusia , tanggung jawab dan pengabdian . Sangat erat kaitannya dengan hal tersebut . Dengan tanggung jawab , maka manusia memiliki sifat pengabdian yang tanpa disadari pengabdian yang ada di dalam diri manusia itu merupakan suatu hal yang bermanfaat bagi dirinya , orang lain dan negara . Pengabdian dapat dibagi menjadi banyak bentuk . Ada pengabdian dalam bentuk cinta dan kasih . ada pengabdian dalam bentuk kesetiaan .Pengabdian dalam bentuk pengorbanan . Semua manusia melakukan pengabdian itu sendiri berdasarkan nurani hati kondisi dan situasi yang dialami mereka .


Oleh karna itu , pengabdian dan tanggung jawab tidak begitu jauh kaitannya dengan yang sebenarnya telah kita lakukan sekarang . Mungkin dibawah alam sadar kita , kita sudah banyak melakukan tanggung jawab dan pengabdai terhadap bangsa dan negara ini . :)




sekian.


terimakasih :)

Sabtu, 09 April 2011

bab 8 manusia dan pandangan hidup artikel dan opini terkait bagian 2

Di bagian ke 2 ini , saya akan menceritakan tentang cita2 saya sebagai manusia yang berpedoman pada pandangan hidup sempurna di masa depan menurut saya .
saya bercita- cita ingin menjadi wanita karir yang memimpin sebuah perusahaan multinasional besar , dan saya berhasil bekerja di semua bidang . saya ingin memimpin perusahaan besar lebih dari satu perusahaan sekaligus selayaknya orang yang mengispirasikan saya akan keberhasilan dalam memimipin perusahaan besar , yaitu TANRI ABENK . Dia adalah salah satu people who inspire many people in this country

Pandangan hidup yang baik ternyata tidak cukup, karena dunia ini adalah alam ikhtiari, yaitu lingkungan hidup strategik yang akan terjaga baik jika disertai upaya cerdas, terencana dan berkelanjutan. Upaya itu membentuk cara hidup. Dalam lingkup antarbangsa dewasa ini terlihat jelas. Cara hidup yang mengabaikan kedaulatan pangan membuat suatu bangsa menjadi kelas penggarap sekaligus pasar bagi produk pangan bangsa lain.tempat hidup. Banyak bangsa hidup di alam yang subur dengan iklim yang bersahabat tetapi lambat beranjak lebih maju dibandingkan lainnya. Sementara bangsa lain hidup di alam tandus dengan iklim yang ganas tetapi mampu berkembang menjadi lebih kuat dan makmur. Pesannya jelas. Kesungguhan dan kesinambungan untuk mencerdasi tempat hidup lebih penting daripada mengeluhkan dan menyalahkannya.

peralatan hidup. Manusia hidup membutuhkan peralatan. Babakan sejarah manusia pun bisa dilihat dari penggunaan dan penguasaan mereka atas peralatan. Manusia nomaden menguasai dan membutuhkan sedikit alat. Semakin maju peradaban maka semakin banyak pula peralatan yang dikuasai dan dipergunakan.

sedikit mengutip sumber dari http://www.wahidinstitute.org/Opinion/Detail/?id=155/hl=id/Islam_Di_Tengah_Percaturan_Global

kesimpulan : pandangan hidup dan langkah2 agar pandangan hidup menjadi terarah dan tidak keluar pada tujuan , adalah memegang teguh pada kitab dan agama yang mengajarkan kita akan segala kebenaran dan pemahaman akan hal2 yang benar dan salah :)



sekian dan terima kasih

bab 8 manusia dan pandangan hidup

sudh memasuki minggu terakhir bab 8 , dan saya akan menjelaskan secara lengkap dan rinci tentang pandangan hidup saya sebagai manusia .


Pandangan-hidup kita akan menganut prinsip-hidup yang bersesuaian dengannya, dan Kitapun akan menganut pola-pikir yang bersesuaian dengan prinsip-hidup Kita itu. Oleh karenanya berhati-hatilah di dalam mengadopsi sebentuk pandangan-hidup tertetu. Ia akan secara signifikan sangat menentukan jalan-hidup Anda secara keseluruhan. Apapun agama yang kita anut lantaran kelahiran, awalnya, kita mungkin belum punya sebentuk pandangan-hidup tertentu yang pasti. Kita masih menjalani hidup secara coba-coba, dengan meraba-raba. Di dalam menjalaninya selama ini, mungkin kita telah tabrak-sana-tabrak-sini, sampai dengan menemukan sebentuk pandangan-hidup yang rasanya cocok, sesuai dengan kondisi fisiko-mental kita. Apa yang kita perlukan untuk menjalani hidup ini bukanlah yang rasanya cocok atau yang kita senangi, melainkan yang baik dan mendatangkan kebaikan buat kita dan orang lain, bahkan bila mungkin, ia juga bisa mendatangkan kebaikan buat sebanyak-banyaknya orang. Disinilah kita perlu amat berhati-hati.





Fungsi dan kedudukan manusia di dunia ini adalah sebagai khalifah di bumi. Tujuan penciptaan manusia di atas dunia ini adalah untuk beribadah. Sedangkan tujuan hidup manusia di dunia ini adalah untuk mendapatkan kesenangan dunia dan ketenangan akhirat. Jadi, manusia di atas bumi ini adalah sebagai khalifah, yang diciptakan oleh Allah dalam rangka untuk beribadah kepada-Nya, yang ibadah itu adalah untuk mencapai kesenangan di dunia dan ketenangan di akhirat.

Apa yang harus dilakukan oleh khalifatullah itu di bumi? Dan bagaimanakah manusia melaksanakan ibadah-ibadah tersebut? Serta bagaimanakah manusia bisa mencapai kesenangan dunia dan ketenangan akhirat tersebut? Banyak sekali ayat yang menjelaskan mengenai tiga pandangan ini kepada manusia. Antara lain seperti disebutkan pada Surah Al-Baqarah ayat 30:

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. (Q.S. Al-Baqarah: 30)

Khalifah adalah seseorang yang diberi tugas sebagai pelaksana dari tugas-tugas yang telah ditentukan. Jika manusia sebagai khalifatullah di bumi, maka ia memiliki tugas-tugas tertentu sesuai dengan tugas-tugas yang telah digariskan oleh Allah selama manusia itu berada di bumi sebagai khalifatullah.

Jika kita menyadari diri kita sebagai khalifah Allah, sebenarnya tidak ada satu manusia pun di atas dunia ini yang tidak mempunyai “kedudukan” ataupun “jabatan”. Jabatan-jabatan lain yang bersifat keduniaan sebenarnya merupakan penjabaran dari jabatan pokok sebagai khalifatullah. Jika seseorang menyadari bahwa jabatan keduniawiannya itu merupakan penjabaran dari jabatannya sebagai khalifatullah, maka tidak ada satu manusia pun yang akan menyelewengkan jabatannya. Sehingga tidak ada satu manusia pun yang akan melakukan penyimpangan-penyimpangan selama dia menjabat.

Jabatan manusia sebagai khalifah adalah amanat Allah. Jabatan-jabatan duniawi, misalkan yang diberikan oleh atasan kita, ataupun yang diberikan oleh sesama manusia, adalah merupakan amanah Allah, karena merupakan penjabaran dari khalifatullah. Sebagai khalifatullah, manusia harus bertindak sebagaimana Allah bertindak kepada semua makhluknya.

Pada hakikatnya, kita menjadi khalifatullah secara resmi adalah dimulai pada usia akil baligh sampai kita dipanggil kembali oleh Allah. Manusia diciptakan oleh Allah di atas dunia ini adalah untuk beribadah. Lantas, apakah manusia ketika berada di dalam rahim ibunya tidak menjalankan tugasnya sebagai seorang hamba? Apakah janin yang berada di dalam rahim itu tidak beribadah?

Pada dasarnya, semua makhluk Allah di atas bumi ini beribadah menurut kondisinya. Paling tidak, ibadah mereka itu adalah bertasbih kepada Allah. Disebutkan dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah:

Yushabbihu lillahi ma fissamawati wama fil ardh.

Bebatuan, pepohonan, gunung, dan sungai misalkan, semuanya beribadah kepada Allah dengan cara bertasbih. Dalam hal ini, janin yang berada di dalam rahim ibu beribadah sesuai dengan kondisinya, yaitu dengan cara bertasbih. Ketika Allah akan meniupkan roh ke dalam janin, maka Allah bertanya dulu kepada janin tersebut. Allah mengatakan “Aku akan meniupkan roh ke dalam dirimu. Tetapi jawab dahulu pertanyaan-Ku, baru Aku akan tiupkan roh itu ke dalam dirimu. Apakah engkau mengakui Aku sebagai Tuhanmu?” Lalu dijawab oleh janin tersebut, “Iya, aku mengakui Engkau sebagai Tuhanku.”

Dari sejak awal, ternyata manusia itu sebelum ada rohnya, atau pada saat rohnya akan ditiupkan, maka Allah menanyakan dahulu apakah si janin mau mengakui-Nya sebagai Tuhan. Jadi, janin tersebut beribadah menurut kondisinya, yaitu dengan bertasbih kepada Allah. Tidak ada makhluk Allah satupun yang tidak bertasbih kepada-Nya.

Manusia mulai melakukan penyimpangan dan pembangkangan terhadap Allah yaitu pada saat ia berusia akil baligh hingga akhir hayatnya. Tetapi, jika kita ingat fungsi kita sebagai khalifatullah, maka takkan ada manusia yang melakukan penyimpangan.

Makna sederhana dari khalifatullah adalah “pengganti Allah di bumi”. Setiap detik dari kehidupan kita ini harus diarahkan untuk beribadah kepada Allah, seperti ditegaskan oleh Allah di dalam firman-Nya:

Wa ma khalaqtul jinna wal insa illa li ya’budu.

“Tidak Aku ciptakan manusia dan jin kecuali untuk menyembah kepada-Ku.”

Kalau begitu, sepanjang hayat kita sebenarnya adalah untuk beribadah kepada Allah. Dalam pandangan Islam, ibadah itu ada dua macam, yaitu: ibadah primer (ibadah mahdhah) dan ibadah sekunder (ibadah ghairu mahdhah). Ibadah mahdhah adalah ibadah yang langsung, sedangkan ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah tidak langsung. Seseorang yang meninggalkan ibadah mahdhah, maka akan diberikan siksaan oleh Allah. Sedangkan bagi yang melaksanakannya, maka akan langsung diberikan ganjaran oleh Allah. Ibadah mahdhah antara lain: shalat, puasa, zakat, dan haji. Sedangkan ibadah ghairu mahdhah adalah semua aktifitas kita yang bukan merupakan ibadah mahdhah tersebut, antara lain: bekerja, masak, makan, dan menuntut ilmu.

Ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah yang paling banyak dilakukan dalam keseharian kita. Dalam kondisi tertentu, ibadah ghairu mahdhah harus didahulukan daripada ibadah mahdhah. Nabi mengatakan, jika kita akan shalat, sedangkan di depan kita sudah tersedia makanan, maka dahulukanlah untuk makan, kemudian barulah melakukan shalat. Hal ini dapat kita pahami, bahwa jika makanan sudah tersedia, lalu kita mendahulukan shalat, maka dikhawatirkan shalat yang kita lakukan tersebut menjadi tidak khusyu’, karena ketika shalat tersebut kita selalu mengingat makanan yang sudah tersedia tersebut, apalagi perut kita memang sedang lapar.

Tujuan Ibadah

Tujuan ibadah ada dua (baik itu ibadah mahdhah, maupun ibadah ghairu mahdhah). Pertama, untuk mencapai kesenangan hidup di dunia. Kedua, untuk mencapai ketenangan hidup di akhirat. Atau secara sederhananya yaitu untuk mencapai kesenangan dan ketenangan dunia dan akhirat. Berbagai macam kesenangan dunia kita lakukan tak lain adalah untuk meraih kesenangan dan ketenangan akhirat. Misalkan bekerja. Dengan bekerja, maka seseorang akan mendapatkan uang. Dengan uangnya tersebut, maka ia akan mendapatkan kesenangan dunia, dan juga akan semakin memudahkannya untuk melakukan ibadah mahdhah, misalkan berzakat ataupun menunaikan ibadah haji.

Rasulullah mengatakan, “Orang yang paling gampang masuk surga adalah orang kaya yang mau bersedekah.”

Mendengar itu, seorang sahabat berkata, “Ya Rasul, bagaimana kalau saya ini tidak kaya?”

Rasulullah kemudian menanyakan kepada sahabat tersebut, “Apakah kamu memiliki kurma?”

“Punya, ya Rasul,” jawab sahabat tersebut.

“Kalau kamu memang memiliki kurma, maka bagi dua-lah kurma tersebut. Setengahnya sedekahkan kepada orang lain, sedangkan setengahnya lagi untukmu. Setengah yang kamu bagikan kepada orang lain tersebut akan mengantarkan kamu untuk masuk surga bersama orang kaya yang suka bersedekah,” perjelas Rasulullah kepada sahabat tersebut.

Lalu ada lagi sahabat yang bertanya ketika itu, “Ya Rasul, saya tidak kaya dan tidak punya kurma. Kalau seperti ini, berarti saya susah masuk surga?”

Lalu Rasulullah bertanya kepada sahabat tersebut, “Apakah kamu mempunyai air satu gelas?”

“Punya, ya Rasul,” jawab sahabat tersebut.

“Kalau begitu, yang satu gelas tersebut kamu bagi dua. Setengahnya untuk kamu, sedangkan setengahnya lagi kamu sedekahkan kepada orang lain yang membutuhkan. Maka setengah yang kamu sedekahkan kepada orang lain itu akan mengantarkan kamu masuk surga bersama orang yang punya kurma yang dibagi dua tadi, dan juga bersama dengan orang kaya yang suka bersedekah.”

Lalu ada lagi yang bertanya, “Ya Rasul, saya ini tidak kaya, tidak punya kurma, dan juga tidak punya air satu gelas. Kalau begitu saya ini akan susah masuk surga?”

Lalu dijawab oleh Rasulullah, “Kalau kamu tidak mempunyai ketiga-tiganya itu, maka sedekahkanlah kepada saudaramu kalimat-kalimat yang baik, nasihat-nasihat yang baik, serta ucapan-ucapan yang baik.”

Nabi juga pernah mengatakan, “Hak seorang muslim itu adalah untuk didatangi pada saat ia sakit.” Jika itu adalah hak seorang muslim, maka muslim yang lainnya berkewajiban untuk mendatangi muslim yang sedang sakit tersebut.

Lalu Nabi juga pernah mengatakan, “Ketika kalian mendatangi orang yang sedang sakit, coba usap-usaplah dia dengan mengatakan, bersabarlah, karena ini ujian Allah.” Jadi, kita tidak perlu merasa berat untuk mendatangi dan menjenguk orang yang sedang sakit jika kita sedang tak memiliki apa-apa. Karena kita menjenguknya itu dalam rangka “kalimat thayyibah” kepada mereka yang sakit itu. Patut juga diketahui, kadang kala orang yang sakit itu kemudian menjadi sembuh lebih dikarenakan motivasi dari orang-orang yang ada di sekitarnya.

Semua kenikmatan itu diberikan oleh Allah karena kita diberikan kedudukan sebagai khalifatullah. Khalifatullah yang sangat efektif adalah khalifatullah yang menyadari dirinya, bahwa semua kenikmatan yang ada sekarang ini adalah kenikmatan yang diberikan oleh Allah, dan kita mensyukurinya hanya dengan jalan beribadah kepada-Nya.

Ibadah itu pada hakikatnya dalam rangka tiga hal:

Pertama, membina diri dengan baik.

Jika orang beribadah, tapi dirinya tidak terbina, sebenarnya ia belum mencapai tujuan itu. Misalkan, dia sering datang ke pengajian, tapi sifatnya tetap saja tidak pernah berubah. Ini berarti, bahwa dia menyimpang dari tujuan ibadah.

Mendidik dirinya itu adalah dalam rangka membina hubungan dengan sesama, dengan lingkungan, dan dengan Penciptanya. Jadi, kalau kita mendengarkan pengajian, dan pengajian itu adalah ibadah, maka seharusnya pembinaan diri tersebut menjadi meningkat. Misalkan, kita mengetahui bahwa minuman yang memabukkan itu diharamkan oleh agama, yang hal tersebut kita ketahui setelah mendengarkan ceramah agama. Namun setelah itu, ternyata kita tetap mengkonsumsi minuman yang memabukkan tersebut. Jika seperti ini, berarti kita belum sempurna membina diri kita dalam rangka mencapai ibadah.

Kedua, dalam rangka mensucikan diri kita.

Mensucikan diri yang dimaksud adalah: Pertama, mensucikan diri dari sifat-sifat yang kotor. Kedua, mensucikan diri dari perbuatan-perbuatan kotor. Sifat kotor akan mendorong kita melakukan perbuatan-perbuatan kotor. Makanya, perbuatan kotor itu kita minimalkan, bahkan kita hilangkan dari diri kita sendiri. Ketiga, membersihkan diri dari perbuatan-perbuatan dosa. Jika kita pernah melakukan perbuatan dosa, maka kemudian kita bertobat kepada Allah dan beristighfar. Itulah tujuan dari ibadah yang kita lakukan.

Ketiga, mengisi diri dengan sifat yang terpuji, mengisi diri dengan perbuatan baik, dan mengisi diri dengan perbuatan yang berpahala.

Kalau begitu, sasaran ibadah itu pada hakikatnya adalah untuk membina diri, mensucikan diri, dan mengisi diri.

Di dalam kehidupan kita sebagai khalifah Allah, maka ada dua hal yang harus kita perhatikan. Pertama, ada yang harus dijaga. Kedua, ada yang harus dihindari.

Yang harus dijaga tersebut ada empat hal: Pertama, menjaga hubungan baik dengan diri sendiri. Kedua, menjaga hubungan dengan sesama manusia. Ketiga, menjaga hubungan dengan lingkungan. Keempat, menjaga hubungan dengan Allah.

Yang harus dihindari tersebut juga ada empat hal, yaitu: penzaliman terhadap diri sendiri, terhadap sesama manusia, terhadap lingkungan, dan terhadap Allah.

Kesimpulan

Setiap pandangan hidup umat beragama berbeda , dimana setiap orang memiliki pandangan hidup untuk mencapai kepuasaan tertinggi , yaitu kepuasan untuk mendapatkan pengahargaan , dikagumi,kekayaan dan semua yang diinginkan dapat terpenuhi lebih dari cukup.Jika kita sudah menyadari bahwa diri kita sebagai “Khalifah Allah”, kemudian penciptaan kita itu adalah dalam rangka beribadah kepada Allah, semua ibadah yang kita lakukan dalam rangka menjaga empat hubungan tadi dan menghindari empat hubungan tadi, maka manusia tersebut menjadi manusia yang muttaqin sejati.

Jadi, kalau kita ingin mendapatkan predikat orang yang bertaqwa sejati, maka sebenarnya ajaran-ajaran tersebutlah yang harus kita laksanakan. Orang yang bertakwa secara sejati, maka akan ada keseimbangan di dalam hidupnya. Dia selalu menjaga hubungannya dengan dirinya, dengan sesamanya, dengan alam, dan dengan Tuhannya.

Kalau manusia sudah seperti itu, pasti dia akan hasanatan fiddunya wa hasanatan fil akhirah. Di dalam tasawuf, manusia seperti inilah yang dinamakan insanul kamil, yaitu manusia yang sudah mencapai derajat para Nabi, terutama mencapai derajat Rasulullah Muhammad SAW. Derajat para Nabi yang dimaksud adalah derajat dalam hal amal ibadah, bukan sebagai Nabinya.

Semoga kita menjadi manusia yang menyadari diri kita sebagai khalifah Allah, dan juga sebagai hamba yang harus beribadah kepada-Nya, dan kita bercita-cita agar kita menjadi manusia yang mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. [Navy]

Disarikan dari Kuliah Dhuha yang disampaikan oleh Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya, M.A. pada tanggal 16 Maret 2008 di Masjid Agung Sunda Kelapa-Jakarta. Transkriptor: Hanafi Mohan

Minggu, 03 April 2011

bab 7 manusia dan keadilan (artikel dan opini terkait) bagian 2

manusia dan keadilan


manusia kerat kaitannya dengan hukum . Hukum itu adalahsuatu undang2 yang menyangkut tentang dunia hak dan kewajiban seluruh masyarakat disuatu negara . oleh karna itu , suatu keadilan menyelurh bagi masyarakat Indonesia , adalah keadilan tanpa pandang bulu . Pernah saya membaca surat kabar sekitar 3 tahun silam . Surat kabar tersebut mem
beritakan bahwa seorang nenek yang mencuri buah coklat disalah satu kebun milik majikannya di daerah jawa tengah , dihukum polisi sekitar 2 tahun penjara dan denda sekian juta menurut perundang2 an yabg berlaku . Akan tetapi , saya melihatdengan mata kepala saya sendri , seorang pejabat yang telah menguras harta rakyat dari pajak , hanya di penjara dengan masa kurung 3 bulan dan menjadi tahanan luar karna barang bukti pendukung yang kurang begitu lengkap .

sangat sedih saya membaca surat kabar tersebut . Akan ke tidak adilan yang diperoleh oleh rakyat indonesia ,dan keadilan itu kalah dengan suatu manipulasi benda yang amat berpengaruh besar . Yaitu UANG . UANG mengalahkan segalanya . Kejujuran , ke setiaan , ke adilan hilang karna uang .Uang , pangkat , dan derajat . Menjadi salah satu masalah sosial yang akhir2 ini menjadi tidak terkendalikan . Banyak orang yang berusaha setengah mati memperoleh ke3 unsur penghancur keadilan dalam manusia .


kesimpulan :

Uang tidak membeli segalanya termasuk akhlak dan karakter seseorang . Uang hanyalah sebagai alat tukar , benda mati yang hanya karna benda mati itu , kita menjadi manusia yang tidak adil dan egois terhadap diri sendiri . mari kita belajar menjunjung tinggi keadilan dengan menegakan hukum dan merestrukturisasi perundang2an negara yang skrg ini lebih mementingkan derajat saja


Sumber : saya sendiri

babab 7 manusia dan keadilan (artikel dan opini terkait )

Keadilan, adalah satu kata yang secara latent dikhianati oleh para Elit (politisi & Pemerintah) dan kata kunci yang paling lemah disadari-difahami oleh sebagian besar rakyat, termasuk generasi muda, untuk diyakini sebagai hak-hak mendasar yang harus diperjuangkan, diperoleh dan dirasakan demi untuk kemajuan dan kesejahteraan rakyat. Keadilan dalam masa Orde Baru – telah digeser oleh azas Pertumbuhan yang ternyata lebih besar menghasilkan konglomerat–koruptor -perampok yang menyengsarakan rakyat. Kini, keadilan juga mengalami nasib lebih buruk, selain diingkari aspek pemihakan-pemerataan sosial-ekonomi, rakyat (petani, nelayan & pedagang) dibiarkan bertarung bebas dengan kekuatan global internasional. Nasib sial seolah menjadi milik Rakyat, sudah jatuh ketiban tangga. Kata rakyat bahkan telah diolah secara trendy oleh PDIP dengan kata Wong Cilik ~ yang menjadi trade-mark dalam jargon kampanye PDIP yang seolah memihak rakyat. Akibatnya, dengan pengingkaran keadilan dalam masa Pemerintahan Megawaty, wong cilik makin kerdil, makin miskin, makin hina dan makin lemah baik fisik maupun mental.

Sejak 1998 saat akhir Pemerintahan Soeharto, hingga Megawati, keadilan harus dikorbankan oleh segerbong agenda untuk penyelesaian masalah kronis bangsa-negara: yakni membayar utang, privatisasi, prestasi mengejar pemasukan negara, memelihara momentum pertumbuhan, pengurangan campur tangan Pemerintah (Liberalisasi), menjaga stabilitas nilia tukar Rupiah dlsb. Pengingkaran keadilan yang sangat luar biasa menyolok adalah :

¨ Alokasi & distribusi dana BLBI, Kredit program Pemerintah dan Proyek-2 APBN, proyek-2 BUMN yang sebagian besar untuk pengusaha besar. Setelah macetpun, pengusaha besar memperoleh keringanan dan pengampunan,

¨ Sedang alokasi & distribusi BLBI dan Kredit Program serta APBN untuk sektor kecil-menengah tidak mencapai 20%. Setelah macet, tidak ada keringanan dan dipaksa asset (yang berupa rumah tinggal) disita dan dilelang.

Mempelajari pengalaman perjalanan pembangunan selama 38 tahun terakhir, kita-rakyat harus mampu mengelola, mengorganisir diri dan memperjuangkan paradigma pembangunan yang bekeadilan – yang memihak rakyat mayoritas Indonesia. Oleh karenanya, kita harus mampu mengkoreksi kesalahan dan manipulasi dasar pemikiran paradigma pembangunan yang ada yang dapat diuraikan dalam penjelasan berikut :

*Penulis adlah Direktur Lembaga Studi Demokrasi & Peradaban (LSDP), alumni FEUI-Studi Pembangunan 1980


sumber artikel :http://iluni.or.id/hal/berita/detail/386/visioner_neo_kolonialisme_peradaban_.html



kesimpulan : manusia sangat lemaah dengan yang namanya keadilan , keadilan telah membuat harga diri manusia terhina-hina dan terinjak2 . Kadang keadilan hilang karna suatu ke egoisan semata . keegoisan antara manusia dan manusia hanya menjatuhkan martabat dan harga diri manusia saja . meskipun demikian kita rakyat indonesia mempunyai undang-undang kewarganegaraan yang menjujung tinggi keadilan , dengan ditambahkan di sila ke 5 dalam pancasila , yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab . Hancur,musnah dan hilangkarna perubahan jiwa rakyat yang merasa SELALU benar